Menulis Setiap Hari dengan Kecerdasan Buatan: Menyemai Inspirasi di KBMN PGRI
Oleh: Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd
Penggagas KBMN PGRI | Guru Blogger Indonesia
“Menulislah setiap hari, dan buktikan apa yang terjadi.” Kalimat ini bukan sekadar semboyan. Ia telah menjadi kompas bagi ribuan guru di seluruh Indonesia yang mengikuti Kelas Belajar Menulis Nusantara (KBMN) PGRI. Di kelas ini, para guru tidak hanya belajar menulis, tetapi juga belajar berproses, bertumbuh, dan bermakna—melalui tulisan mereka sendiri.
Pada pertemuan pertama angkatan terbaru KBMN, saya kembali berkesempatan berbagi semangat dan pengalaman kepada para guru hebat dari berbagai penjuru Nusantara. Kali ini, saya ditemani oleh moderator luar biasa, Ibu Helwiyah, S.Pd, MM, yang memandu jalannya kelas dengan penuh kelembutan, ketegasan, dan antusiasme.
Pertemuan ini mengusung tema yang sangat relevan dengan zaman: menulis setiap hari dengan bantuan kecerdasan buatan (AI). Tema yang bagi sebagian orang mungkin terasa menakutkan, tapi di kelas KBMN, kami justru melihatnya sebagai peluang emas.
Mengapa Harus Menulis Setiap Hari?
Banyak yang bertanya, “Om Jay, kenapa harus menulis setiap hari?” Saya jawab sederhana:
> “Karena menulis setiap hari akan mengasah pikiran, memperkuat karakter, dan membuka jalan rezeki yang tak terduga.”
Menulis adalah terapi jiwa. Ia bukan hanya soal menyusun kata-kata indah, tetapi soal merekam jejak pikiran, menyampaikan gagasan, dan menginspirasi sesama. Guru yang menulis adalah guru yang hidup dalam pemikiran. Tulisan seorang guru bisa menjadi cahaya bagi murid, rekan sejawat, bahkan bagi generasi yang belum lahir.
Saya sendiri sudah merasakan keajaiban menulis setiap hari. Dari tulisan-tulisan blog sederhana, saya bisa menerbitkan buku, mendapat penghargaan, menjadi pembicara, dan yang paling membahagiakan—bisa memotivasi ribuan guru untuk ikut menulis.
> “Menulislah dengan jujur dan dari hati. Karena tulisan yang lahir dari hati, akan mengetuk hati yang lain.”
Itulah prinsip saya selama ini.
AI: Sahabat Baru dalam Dunia Literasi
Dalam pertemuan perdana KBMN kali ini, saya mengajak para peserta untuk tidak alergi dengan teknologi, khususnya kecerdasan buatan. Saya tahu, banyak guru merasa khawatir bahwa AI akan menggantikan peran manusia, termasuk dalam menulis.
Namun saya meyakinkan mereka bahwa AI bukanlah musuh. AI adalah alat bantu, seperti halnya kamus, buku referensi, atau mesin ketik zaman dulu.
> “Gunakan AI sebagai asisten, bukan sebagai pengganti. Ide tetap dari Anda. Pengalaman tetap dari Anda. Sentuhan hati tetap dari Anda. AI hanya membantu merapikan.”
Saya memperkenalkan bagaimana AI bisa dimanfaatkan untuk:
- Mencari ide awal menulis
- Menyusun kerangka tulisan
- Memberikan saran perbaikan tata bahasa
- Meningkatkan produktivitas menulis harian
Saya bahkan menyarankan peserta untuk mencoba berbagai platform seperti ChatGPT, Copilot, Deepseek, Claude, Gemini, dan lainnya—namun tetap dengan kendali penuh dari penulis.
AI tidak punya rasa. Guru punya. Dan rasa itulah yang membuat tulisan kita berbeda. AI tidak punya otak dan manusia punya otak. Tulisan guru adalah tulisan kehidupan.
Komentar Inspiratif untuk Guru Indonesia
Di sesi tanya jawab, saya mendapatkan banyak pertanyaan tentang cara mempertahankan konsistensi menulis. Saya tahu tidak mudah. Apalagi di tengah tugas-tugas yang menumpuk. Maka, saya sampaikan motivasi ini:
> “Guru yang mau berubah adalah guru yang akan tumbuh. Dan salah satu cara berubah adalah dengan menulis. Mulailah dari satu paragraf. Lalu jadikan kebiasaan. Jangan tunda. Jangan malu. Jangan takut salah. Karena dengan menulis, Anda sedang mendidik bangsa.”
Saya juga menambahkan:
> “Setiap tulisan guru adalah sejarah kecil yang bisa jadi pengaruh besar. Anda tidak tahu, mungkin tulisan Anda akan menyelamatkan semangat guru lain di pelosok negeri yang hampir menyerah.”
Saya berharap, guru-guru di KBMN PGRI gelombang 33 mampu menjadi agen perubahan melalui tulisan. Karena saya percaya: pena guru lebih tajam dari pidato pejabat.
Tantangan Menulis 31 Hari: Latihan Disiplin, Bukan Sekadar Target
Sebagai bentuk latihan, saya menantang semua peserta KBMN untuk menulis setiap hari selama 31 hari berturut-turut. Ini bukan sekadar tugas. Ini adalah latihan membangun karakter.
Menulis itu seperti olahraga. Harus dilatih setiap hari. Kalau tidak, otot pikiran kita akan melemah. Maka saya dorong para peserta untuk:
- Menulis tentang pengalaman pribadi
- Menulis refleksi pembelajaran
- Menulis opini tentang isu pendidikan
- Menulis puisi atau cerpen pendidikan
- Menulis kisah inspiratif di sekolah
Dan jangan takut kalau tulisan terasa jelek di awal. Saya pun memulai dari tulisan yang amburadul. Tapi karena saya konsisten, akhirnya saya bisa melihat sendiri kemajuan dari hari ke hari.
> “Kunci sukses menulis itu satu: tulis saja dulu. Perbaiki belakangan.”
Menulis = Mewariskan Peradaban
Saya ingin menyampaikan satu pesan penting di akhir sesi pertemuan pertama ini:
> “Guru yang menulis adalah guru yang tidak akan pernah mati. Tulisan Anda akan terus hidup, bahkan ketika Anda sudah tidak lagi di dunia ini.”
Maka dari itu, saya mendorong semua guru untuk menulis, menulis, dan menulis. Gunakan teknologi. Gunakan komunitas. Gunakan semangat dari KBMN. Tapi yang paling penting: gunakan hati Anda.
KBMN PGRI: Rumah Literasi Para Pendidik
Saya sangat bangga dengan semangat para peserta KBMN Angkatan baru ini. KBMN Gelombang 33. Mereka adalah pejuang. Di tengah kesibukan mengajar, mereka masih sempat mengikuti kelas malam. Mereka tidak mengeluh. Mereka justru bersyukur. Inilah bukti bahwa guru Indonesia tidak kalah dengan siapa pun.
KBMN PGRI adalah rumah. Tempat di mana guru saling menyemangati, bukan saling menjatuhkan. Tempat di mana guru belajar, tumbuh, dan memberi makna. Tempat di mana guru menjadi penulis, dan penulis menjadi pendidik yang lebih mendalam.
Saya selalu katakan:
> “Satu tulisan dari guru bisa mengubah cara pandang murid. Satu artikel bisa menyalakan semangat guru lain. Dan satu buku bisa mengubah arah hidup seseorang.”
Jadi, jangan remehkan tulisan Anda. Tulis, dan biarkan dunia berubah karenanya.
Penutup: Anda Bisa Menulis, Jika Anda Mau Memulai
Saya ingin menutup pertemuan pertama ini dengan tantangan sekaligus harapan:
Tulislah setiap hari. Apa pun. Tentang apa pun. Jangan berhenti. Karena ketika Anda terus menulis, Anda sedang membangun sejarah Anda sendiri.
Saya percaya, jika semua guru Indonesia menulis setiap hari, maka dunia pendidikan kita akan lebih hidup, lebih jujur, dan lebih bermakna.
Terima kasih kepada seluruh peserta KBMN PGRI. Terima kasih Ibu Helwiyah atas moderasi yang luar biasa. Terima kasih PGRI, karena selalu memberi ruang bagi guru untuk berkembang.
Dan kepada Anda semua, mari kita menulis, dan buktikan apa yang terjadi!
> Catatan:
Artikel ini ditulis sebagai pemantik sekaligus bahan refleksi pertemuan pertama KBMN bersama Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd, dan moderator Helwiyah, S.Pd, MM. Semoga menjadi pemantik semangat bagi semua guru Indonesia untuk terus menulis dan berkarya.
Salam Blogger Persahabatan
Omjay Wijaya Kusumah
Guru Blogger Indonesia
semoga bermanfaat
BalasHapussemoga bermanfaat
BalasHapusAlhamdulilah
BalasHapusOm Jay selalu ada ide untuk menulis ...luar biasa
BalasHapusom jay ide yang luar biasa
BalasHapussingkat namun menginspirasi untuk mulai menulis
BalasHapusdunia terasa mudah, yang berat adalah membiasakannya, luar biasa
BalasHapus*Kisah Omjay: Dari Guru Biasa Menjadi Guru Blogger Indonesia*
BalasHapusDr. Wijaya Kusumah, M.Pd, atau yang lebih dikenal sebagai Omjay, adalah sosok inspiratif di dunia pendidikan Indonesia. Ia bukan hanya guru TIK yang berdedikasi, tapi juga pelopor gerakan literasi digital melalui perannya sebagai Guru Blogger Indonesia.
*Awal Perjalanan Menulis*
Omjay memulai perjalanan menulisnya di blog pribadinya, (tautan tidak tersedia) Meskipun awalnya tak banyak yang membaca, ia tetap menulis dengan konsisten. Ia menulis bukan karena ingin terkenal, tapi karena ingin berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan orang lain.
*Dari Blog ke Buku*
Kumpulan tulisan Omjay kemudian disusun menjadi buku-buku yang inspiratif, seperti "Menulislah Setiap Hari" dan "Guru Merdeka Menginspirasi Indonesia". Buku-bukunya menjadi sumber semangat bagi banyak guru dan membuktikan bahwa menulis bisa mengubah cara berpikir dan memandang kehidupan.
*KBMN PGRI: Gerakan Literasi Guru*
Melalui kerja sama dengan PGRI, Omjay menggagas program Kelas Belajar Menulis Nusantara (KBMN). Program ini menjadi wadah bagi ribuan guru untuk belajar menulis, berbagi pengalaman, dan menumbuhkan literasi pendidikan. Omjay menjadi mentor dan motivator yang mendorong guru-guru untuk menulis dengan hati.
*Menggabungkan Teknologi dan Menulis*
Omjay juga memperkenalkan kecerdasan buatan (AI) sebagai alat bantu menulis. Ia menunjukkan bahwa AI bisa menjadi teman menulis yang membantu, tapi tetap menekankan bahwa tulisan harus berasal dari hati dan integritas penulis.
*Warisan Omjay untuk Guru Indonesia*
Omjay meninggalkan warisan berharga bagi guru-guru Indonesia, yaitu semangat menulis dan berbagi pengetahuan. Ia membuktikan bahwa menulis bisa menjadi cara untuk mencintai profesi guru dan meninggalkan jejak yang berarti.
*Pelajaran dari Omjay*
Dari kisah Omjay, kita bisa belajar bahwa menulis bukan soal bakat, tapi soal niat dan konsistensi. Menulis bisa menjadi cara untuk mengubah cara berpikir dan memandang kehidupan, serta meninggalkan warisan yang berarti bagi orang lain. Dengan demikian, kita bisa menjadi guru yang menulis dan menginspirasi.
Salam blogger persahabatan
Omjay
Guru blogger Indonesia
Blog https://wijayalabs.com