Resume Workshop Menulis Bersama Om Jay oleh Rosiana Febriyanti, S.Pd.
Resume Workshop
Menulis Bersama Om Jay
Disusun oleh Rosiana Febriyanti, S.Pd.
Hari Pertama, 16
Januari 2020
Diskusi seru hari materi pertama disampaikan oleh Agus Sampurno. Beliau akan membahas:
- asyiknya ngeblog
- blog dan semangat kekinian di dunia pendidikan, dan
- menjaga konsistensi dalam menulis blog.
Menulis blog berarti kita bersedia untuk keluar dari zona
nyaman. Hal ini dikarenakan kita
secara tidak sadar akan menekuni hal baru yang diperlukan
kesabaran dan kesadaran dalam berbuat. Selain itu, kita akan tersenyum saat ingat
pertama kali memulai, dan akan menginspirasi orang lain.
Beberapa jenis blog yang disebutkan beliau, di antaranya:
1. Review produk
2. Memberikan tips dan trik
3. Bercerita pengalaman (personal
branding)
Beliau menceritakan saat memulai menulis, motivasinya lebih
pada karena beliau dilanda 'burn out' atau kelelahan menjalankan profesi
sebagai pendidik. Waktu itu Facebook masih sangat baru di dunia maya. Karena
Facebook belum terkenal maka belum ada istilah 'curhat di dunia maya. Kemudian
mulailah beliau curhat melalui platform blog yaitu wordpress.
Namun beliau berpikir, akan sangat sayang jika isinya curhat
saja, namun tidak berbagi solusi. Maka hal yang beliau lakukan waktu itu
adalah:
1. Mulai dengan berpikir kesulitan apa yang dihadapinya
sebagai guru.
2. Mencari atau riset
di internet mengenai solusi keluhannya itu
3. Mengujicobakan di kelas, dan
4. Menulis hasilnya di blog.
Selanjutnya, beliau mengungkapkan beberapa manfaat yang
dirasakan dalam menulis di blog, seperti makin mencintai dunia pendidikan,
promosi dalam bidang pekerjaan, dan bisa menjadi pembicara.
Waktu memulai menulis blog beliau adalah guru, kemudian
menjadi kepala sekolah dan saat ini menjadi konsultan, pembicara, serta
pemimpin program peningkatan kualitas pendidikan di beberapa provinsi di
Indonesia.
Berikutnya, beliau memberikan tips-tips berikut kepada calon
penulis blog, para peserta workshop.
“BAGAIMANA MENULIS BLOG DENGAN BAIK”
CONTENT (ISI BLOG)
Pada bagian ini menjadi alasan utama WHY (Kenapa) Anda
melakukan kegiatan blogging dan apa
yang akan Anda unggah di laman blog Anda. Bagian ini menuntut Anda untuk
berpikir, merefleksikan sesuatu, berkomunikasi, dan menjelaskan ide Anda.
CHECKLIST
Bagian ini adalah keterampilan yang harus Anda lakukan
sebelum menekan “publish/ terbitkan". Bagian ini mengharuskan Anda untuk
teliti, self-check, disiplin, dan
mengikuti langkah-langkah dalam proses pembuatan blog.
Berikut langkah-langkah membuat blog:
1. Judul yang tertulis harus menggunakan HURUF KAPITAL pada
setiap tulisan
2. Unggahan memiliki satu atau lebih KATEGORI
3. Tidak lupa untuk mengecek ulang untuk COPS : Capitalization (Kapitalisasi), Organization (Penyusunan), Punctuation (Tanda Baca) , dan Spelling (Ejaan).
Seorang pembicara tidak akan menjadi seorang yang andal
tanpa ia menjadi penulis.
Dikarenakan saat menulis ia akan melakukan riset untuk
materi yang dibawakan sebagai pembicara menjadi bernas dan bermakna.
Ada hal yang tidak akan Anda duga saat menjadi penulis.
Keterampilan Anda akan berbuah dengan tambahan profesi sebagai
pemateri/pembicara dan fasilitator. Dan untuk itu kita perlu belajar mengenai
andragogi (pendidikan orang dewasa).
Menanggapi pertanyaan mengapa banyak guru yang tidak suka
menulis di Blog, beliau menjawab karena guru
1. Lebih senang dengan Facebook atau Instagram dikarenakan
tanggapan pembacanya langsung dan
instan.
2. Kurang suka belajar sedikit lagi mengenai platform blog.
3. Merasa dirinya bukan ahli dan merasa diri tidak pantas
untuk berbagi pengalaman. Padahal niatkan saja dulu untuk menulis bagi pribadi
kita sendiri. Jika ada orang lain yang suka pada tulisan Anda, anggap itu
bonus.
Kalau seseorang ingin lakukan branding dirinya maka disebut personal
branding.
Jika sebuah sekolah ingin melakukan branding maka sebutannya menjadi school branding.
Branding erat
artinya dengan pembeda dari yang sejenis. Sebuah sekolah yang sadar branding dia akan duduk bersama menentukan
arah positioning-nya di masyarakat.
Sementara jika guru melakukan personal
branding maka ia akan fokus pada apa yang dimiliki dibanding kelemahan.
Ditambah dengan peran medsos maka personal branding guru akan semakin cepat.
Selanjutnya beliau menceritakan saat fokus dengan personal branding, beliau mulai dengan brand guru kreatif. Lalu beliau menulis
hal-hal yang orang ingin ketahui lewat tips-tips atau resep-resep pengajaran
terkini.
Dalam branding ada
istilah reputasi dan pencitraan. Cara mendapatkan reputasi adalah dengan kerja
keras dan konsistensi, sedangkan pencitraan itu mudah, tetapi cenderung tidak
bertahan lama.
Branding erat
kaitannya dengan pencitraan. Disarankan untuk membangun branding yang awet dengan kerja keras. Maka hal yang kita bangun
bisa menjadi reputasi.
Adapun personal branding bisa membuat guru menjelma
menjadi ahli. Dunia medsos sangat terbuka dengan sosok guru yang memberikan
kontribusi kepada masyarakat luas tanpa memandang umur dan masa kerja.
Karena itu, mulailah
1. Menulis hal yang dekat dengan keseharian
2. Menulis utk diri sendiri
3. Lakukan microblogging
atau menulis singkat singkat di-update status Facebook atau Twitter lalu disatukan menjadi satu
tulisan di blog.
Tips lainnya ialah
share (agih) tulisan kita di medsos milik pribadi, lalu arahkan ke blog
kita dan tulis topik kekinian yang sedang hangat dibicarakan, misalnya
- merdeka belajar
- guru penggerak
- dll.
"5 PELUANG UNTUK
MEMPERKUAT TULISAN ANDA"
1. KEYWORD (KATA KUNCI)
2. VISUAL (VISUALISASI)
3. SOCIAL (SOSIAL)
4. HEADLINE (BERITA UTAMA)
5. HYPERLINKED (KONEKSI)
Ide ada banyak, tetapi yang sulit adalah menuangkannya.
Untuk awal, hendaknya kita mencari tulisan yang kita sukai, lalu menuliskan hal
yang sama. Tema dan topik yang sama, hanya saja kali ini dari sudut pandang
kita pribadi.
"BEBERAPA “ATURAN” NGEBLOG YANG TIDAK HARUS ANDA IKUTI
1. Blog harus selalu sebanyak 500 kata
2. Blog mengharuskan keahlian mendongeng/menjelaskan
3. Blog diisi dengan pertanyaan
4. Blog harus sempurna sebelum akan dibagikan
5. Blog harus sepenuhnya original
6. Blog selalu untuk pembaca yang luas
Berlatih menulis membutuhkan waktu dalam setiap prosesnya.
Ada istilah 10.000 jam. Istilah itu mengacu pada jika seseorang sudah melakukan
suatu kegiatan selama 10.000 jam, baru ia akan
1. Fasih
2. Ahli
3. Menemukan gayanya sendiri, dan
4. Menginsipirasi orang lain.
Ketika sudah mencoba, tetapi ketika tulisan dibaca sendiri
terasa ada yang kurang, sebaiknya jangan dihapus. Tunda sampai kita sudah
menulis 100 tulisan. Beliau juga pernah menghapus tulisan. Namun itu dilakukan
ketika sudah agak berjarak waktunya.
Beliau menyarankan kepada para peserta workshop untuk mulai
menulis singkat. Ini terinspirasi dari Seth Godin yang tiap hari menulis di
blognya dengan singkat namun padat pengetahuan dan intisari pengalaman. Jika
sudah terbiasa menulis maka akan merasa kurang jika belum menutup hari dengan
menulis. Menulislah di mana saja dan dengan alat apa saja.
Saat menulis materi ini beliau menggunakan fasilitas notes di smartphone sambil menikmati perjalanan berangkat kerja dengan
komuter pada pagi hari. Jadi, tidak mesti menunggu berhadapan dengan laptop
atau komputer baru menulis.
Jika demikian, mengapa bagi sebagian pendidik menulis di
blog itu menjadi hal yang memberatkan, padahal dengan terampil dan menarik
mereka menulis status di update media sosial mereka dengan tulisan menyentuh
dan menggugah semangat? hal-hal berikut ini adalah bisa menjadi kemungkinan
jawabannya
Memang, menulis di blog memerlukan waktu lama untuk bisa
dikenal publik atau bahkan bisa ‘tercium’ oleh mesin pencari google. Tidak ada instant gratification seperti kita
menulis di facebook yang dalam waktu sekejap bisa dapatkan ‘jempol’ atau likes.
Ada anggapan bahwa penulis blog perlu memiliki latar
belakang teori, padahal tidak selalu. Blog lebih bernuansa ‘diary’ atau
refleksi pengalaman. Menulis blog dianggap seperti menulis makalah ilmiah yang
membuat pendidik merasa mesti tampil ‘sempurna’. Jika pendidik itu kemudian
berhasil menulis biasanya kemudian blognya menjadi lama diisi kembali
dikarenakan energinya habis dan menjadi kehilangan selera untuk mengisinya
kembali. Lebih baik menulis singkat, padat dan jelas daripada sekali menulis
sempurna lalu setelah itu hilang.
Bayangkan, jika semua pendidik berkenan berbagi
pengalamannya lewat tulisan, singkat dan bersemangat, dijamin pendidikan
Indonesia menjadi maju dan berkembang dalam waktu yang cepat. Hal ini
dikarenakan cerita dari ‘lapangan’ bisa dibagi dan dibaca dan dijadikan
inspirasi oleh si pembaca untuk diterapkan di sekolahnya masing-masing.
Hari Kedua, 17
Januari 2020
Narasumber: Dedi
Dwitagama, Pemilik 12 Akun Blog
Bagi seorang Dedi Dwitagama, blog pribadi itu seperti rumah
pribadi yang harus dibersihkan, diisi dan dihias dengan aksesori sesuai
minatnya, semntara blog kroyokan itu seperti berada di public space yang memungkinkan bisa bertemu dengan banyak penulis
dan mencari inspirasi
Menulis di blog pribadi itu seperti membuat catatan pribadi
yang bisa dibaca orang sedunia. Beliau sangat menikmati blognya karena seperti
melihat album foto perjalanan hidupnya, mengingatkan momen perjumpaan dengan
orang-orang dimana-mana, jejak-jejak perjalanan yang memberi manfaat buat
sesama, sehingga beliau membuat 12 blog, seperti
https://trainerkita.wordpress.com/ yang mendokumentasikan
sesi seminar beliau
serta http://fotodedi.wordpress.com yang mendokumentasikan
hobi fotografinya.
Untuk mengelola keduabelas blognya beliau menulis jika ada
waktu, ada ide, kemudian ditempatkan di blog yang sesuai dengan isi tulisannya.
Begitu ada ide, dituliskannya walau hanya sebaris, lalu diberikan gambar
sebagai pendukung artikel. Terkadang idenya berawal dari foto yang ingin saya
diunggah barulah dilengkapi dengan keterangan foto. Langkah ini sering menolong
kebuntuan menulis dan membuat kata demi kata mengalir tak terasa, tanpa diedit
langsung bisa beliau unggah.
Saat ide tak ada, beliau berkunjung ke blog-blog orang lain.
Biasanya setelah itu muncul ide untuk menulis sesuatu. Ketika kita sudah
membuat tulisan. Untuk mendatangkan pengunjung dan membuat pengunjung tidak
sungkan untuk berkomentar, beliau menganjurkan untuk membuat link di twitter, facebook, lalu mengunjungi blog
orang lain, kemudian meninggalkan komentar di blog orang lain. Etikanya, jika
blog kita dikomentari maka kita harus membalas komentar itu di blog kita dan
mengunjungi blog orang yang memberi komentar di blog kita dengan meninggalkan
komentar. Dengan demikian, pengunjung blog kita akan banyak.
Namun, kalau pengunjung blog masih sepi
tulislah artikel yang menurut kita banyak dibutuhkan dan
dicari orang lain. Gunakan judul dengan kata-kata yang biasanya orang cari maka
saat orang searching, akan nyangkut ke blog kita. Dahsyatnya
pemilihan kata di judul posting blog atau youtube menarik pengunjung untuk
mampir ke blog kita.
Berbeda dengan blog, facebook itu seperti mall besar yang
isinya ramai, sementara blog itu seperti majalah yang isinya khusus berisi
karya pemiliknya, yang bisa dihubungkan dengan mall seperti facebook, youtube
atau lainnya dengam memasang link atau kode embed-nya.
Memberi judul dengan kata kunci yang banyak di-googling orang maka tulisan itu akan berada di puncak pencarian
google.
Menulis saja, tidak mesti menggunakan bahasa yang sesuai
dengan PUEBI, bebas sesuai gaya kita. Seorang Raditya Dika terkenal karena gaya
bahasa yang unik dan konsisten.
Selanjutnya beliau memberikan tiips menulis di kompasiana.
Label di kompasiana berfungsi seperti tag
di wordpress, batasnya 10 label. Setelah menuliskan label, efeknya label di
tulisan yang kita unggah berwarna biru dan bisa menjadi link yang terhubung
dengan tulisan kompasianer lain yang berisi label yang sama.
Hari Ketiga, 18
Januari 2020
Narasumber: Kang
Dudung, Ketua PGRI yang diundang Presiden
Kang Dudung, biasa beliau disapa, mengungkapkan bahwa setiap
hari ada puluhan kejadian yang bisa dicatat, minimal satu yang menarik sebagai
rekaman momen atau puluhan ide yang ada di kepala yang mesti diamankan dalam
tulisan agar tidak keburu hilang.
Apa yang dilihat,
Apa yang didengar,
Apa yang dibaca,
Apa yang dirasakan,
Apa yang digosipkan,
Apa yang dimimpikan,
Apa yg hadir saat di toilet,
Saat shalat,
bahkan saat bangun malam,
ide itu akan melekat dan menyukai kita bila ia melihat kita
menuliskannya. Ide akan selalu hadir bila ia dihargai dengan menuliskannya.
Bila Ide tidak dituliskan, Ia marah dan akan pergi menjauh. Peluk dan ikat ide
dengan menuliskannya.
Beliau mengaku, sudah hampir dua bulan lebih, hanya menulis
kata-kata singkat yang melintas di kepala, lalu dituliskan pada status wa,
kemudian di-copy paste ke Blog.
Namun, semakin ke sini semakin sulit menemukan kata-kata
untuk dituliskan, terkecuali ada masalah pada teman dan beliau terinspirasi
untuk memberikan motivasi dan muncul kembali idenya tetapi tulisan tidak pernah
banyak.
Cara meningkatkan kemampuan menulis dan mengeluarkan ide
adalah menjaga dengan berlangganan koran dan jalan-jalan. Tulis singkat seribu
kali, kumpulkan, maka jadi buku yang genuine.
Lalu beliau memberikan saran untuk mencegah kemungkinan
orang salah tafsir terhadap tulisan, sebaiknya kita menghindari SARA, hoaks,
dan mem-bully orang lain.
Beberapa manfaat menulis yang beliau sebutkan di antaranya
adalah dapat menjauhi stres, memenuhi
kebutuhan berpikir, menjauhi stres, mendapat uang, nama (dikenal orang),
beramal, memeroleh buku, dan panggilan narsum menulis, plus diundang Presiden.
Berikut tips Kang Dudung membagi waktu untuk menulis. Dalam
1 hari ada 24 jam, bila bagi 3 menjadi 8 jam-an, bilang kurang efisien bisa
dibagi 4 atau 6 menjadi 6 jam-an atau 4 jam-an. Dengan begitu waktu yang sudah
dibagi, paling tidak bisa digunakan untuk sedikit memaksa diri secara konsisten
menulis atas dasar komitmen karena sudah secara sadar membagi waktu untuk punya
waktu menulis.
Hebatnya, beliau pernah menulis Jokowi akan jadi Presiden
sebelum 2014. Tulisan itu di berikannya kepada Jokowi, kemudian diundang makan
bersama. Itulah tulisan ajaib.
Beliau cenderung tidak pernah malas menulis, yang agak sulit
adalah membagi waktu. "Jujur menulis itu bagaikan kencing setiap hari...ia
harus keluar dan dituliskan," ungkapnya.
Hari Keempat, 19
Januari 2020
Narasumber: Taufik
Hidayat, Travelling dan Tulisan Bernas
Beliau memiliki beberapa blog. Namun yang pertama adalah di
kompasiana. Selain itu ada detiktravel
UC News, wordpress, dll.
Contoh tulisannya mengenai perjalanan ke Rwanda yang tidak
terlupakan. Melihat langsung kejamnya perang saudara genosida suku Hutu dan
Tutsi. Beberapa tulisannya juga sering direferensi oleh kompas Travel dan
diambil oleh media lain. Catatan perjalanannya ditulis dan dikumpulkan menjadi
sebuah buku. Buku beliau yang diterbitkan Mizan berjudul 1001 masjid di 5 benua
dari Amsterdam sampai Zanzibar.
Beliau juga menulis kuburan antik dan orang ternama. Banyak
tulisannya ke mausoleum Lenin Ho chi Mihn Napoleon bahkan ada makam khusu
pemusik seperti Beethoven dll di Vienna. Menurutnya, kita juga bisa belajar
kesetiaan dari kuburan seperti makam Hachiko di Tokyo.
Alasannya menulis masjid karena sebagai muslim yang pertama
dicari adalah masjid ketika berkunjung ke suatu kota atau negara. Di sana akan
mudah menemukan makanan halal berkenalan dengan penduduk lokal
Misalnya di Xiamen beliau bisa mampir dan minum teh di
masjid walau tidak saling kenal. Begitu juga saat berada di Panama, diantar
pulang ke stasiun metro.
Menulis sudah menjadi hobinya sejak lama, bahkan sejak jadi
mahasiswa dulu tahun 1980. Beliau sering menjadi kontributor majalah kampus.
Tulisan perdananya di kompasiana tentang Panmunjom perbatasan Korsel dan Korut.
Berikutnya, beliau memberi tips kepada penulis pemula, yaitu
coba tentukan passion mau menulis tentang apa. Kemudian fokus di sana dengan
sesekali boleh rehat dan ganti supaya tidak bosan. Bisa menulis tentang
pengalaman, pengamatan, atau pun observasi.
Namun, opini dan keberpihakan kepada nilai-nilai kemanusiaan yang universal
akan membuat tulisan kita menjadi kaya. Mengenai bahasa tulisan kita lebih baik
menjadi diri kita sendiri dan biarkan tulisan dan pikiran mengalir begitu saja.
Sesekali menulis juga dalam bentuk listicle
alias tulisan memakai angka.
Untuk memperkaya tulisan bisa dilakukan dengan teknik wawancara.
Waktu di Quanzhou, misalnya, beliau mewawancara imam masjidnya. Mengajak
ngobrol hingga
mencair dan keluarlah kisah-kisah di balik tempat tersebut.
Sebagai tips lagi, kita juga bukan yang bercerita tentang perjalanan, tetapi
tentang pernak-pernik bepergian. Misalnya, kisah tentang perangko saja bisa
jadi artikel utama.
Coba saja menulis dalam beberapa tema sampai menemukan mana
yang cocok.
Kalau dipadukan dengan hobi kita akan makin pas. Misalnya
saja ketika jalan-jalan ke Chiangmai dan itu disponsori Silk air. Maka saya
menulis tentang pengalaman naik Silk air ke negri di atas awan, Nepal. Dan
tentu saja sebagai penulis kita mesti rajin membaca dahulu. Saya kebetulan hobi
membaca, terutama karya sastra, baik dari dalam, maupun dari luar negri. Kisah
dari zaman Pujangga Baru seperti Siti Nurbaya sampai karya-karya Pramoedya dan
Motinggo Busye.
Membaca Tolstoy Anton Checkov sampai karya Cervantes.
Beliau membangun
personal branding tentang perjalanan ke masjid karena ratusan artikel saya
tentang perjalanan dari masjid-masjid baik di Indonesia, maupun di pelosok
dunia
Maka lahirlah buku mengembara ke masjid masjid di pelosok
dunia. Tentu saja tidak ada jalan pintas. Semua harus dibangun dengan
pelan-pelan. Buku itu saja merupakan kisah perjalanan hampir 8 tahun.
Intinya memulai sesuatu yang baru memang terasa sulit.
Namun, kita tetap harus berani memulai dan mencoba. Mencoba dan terus berusaha
sampai bisa. Karena bagi yang punya kemauan selalu ada jalan. Dan ada sebuah
pepatah bahasa Spanyol yang bagus untuk diingat “La verdad aun que severa es
amiga verdadera“.
Hari kelima, 20
Januari 2020
Narasumber: Namin AB
Sholihin
Tema: Membangun
Personal Melalui Blog
==================
Namin AB Ibnu Solihin adalah seorang founder
motivatorpendidikan.com. Untuk mengenalnya lebih dekat Anda dapat searching
namanya di Google atau bisa membuka link berikut ini
https://motivatorpendidikan.com/index.php/2015/08/29/profil-namin-ab-ibnu-solihin/
Beliau juga telah membagikan secara Gratis lebih dari 250
materi training di slideshare.net yang sudah diunduh oleh lebih dari setengah
juta kali. Linknya sebagai berikut
https://www.slideshare.net/mobile/naminsekolahakhlak
Kita bisa berteman melalui media sosial yang dimilikinya,
@motivatorpendidikancom, serta mengintip kegiatannya di Channel YouTube
Motivator Pendidikan Com.
Dalam workshop hari kelima bersama Om Jay, beliau berbagi
tips bagaimana membangun Branding melalui Blog.
Beliau mulai Ngeblog sejak tahun 2007, melalui blogspot.com,
saat itu ngeblog dilakukannya untuk mengisi waktu luang saat istirahat
mengajar. Tulisan di Blog juga masih sangat beragam, bahkan lebih banyak
curahatan hati.
Lebih dari 10 blog pernah menghiasi blogspot.com, kini semua
blog tersebut sudah dihapus semua.
Hingga akhirnya pada sekitar tahun 2013 beliau mengenal
guraru.org, sebuah blog yang diisi oleh guru-guru kreatif, di antara para
pemenangnya adalah yang sudah mengisi materi sebelumnya, yaitu Pak Agus
Sampurno dengan Brandnya Guru Kreatif, Om Jay Wijaya Kusuma dengan Brandnya
Guru Blogger, dan Bang Dedi Dwitagama.
Karena timbul keinginannya untuk menulis lebih baik lagi,
akhirnya pada tahun 2013 beliau
mengikuti Teacher Writing Camp angkatan ke-3, yang digagas oleh Om Jay dan
teman-teman.
Pada tahun 2014 beliau dan Om Jay bersama teman-teman
menggagas berdirinya Komunitas Sejuta Guru Ngeblog, pada tahun 2014-2015 kami
Komunitas Sejuta Guru Ngeblog memberikan Pelatihan Guru Ngeblog Gratis bagi
guru di Jabodetabek. (sayang, saya tidak ikut saat itu)
Tahun 2014 juga awal beliau mulai membangun Branding lewat
blog. Perjalanannya membangun Branding bisa dibaca di profil pada link di atas.
Singkatnya, pada akhir tahun 2015 beliau me-launching
www.motivatorpendidikan.com yang seluruh konten tulisannya berisikan berbagai
jenis program training yang pernah diisinya.
Sebelum website tersebut di-launching, beliau lebih banyak
mencurahkan gagasannya tentang pendidikan di Blog
https://motivatorkreatif.wordpress.com
Diakuinya bahwa membangun Branding memang tidak mudah, tapi
jika bersungguh-sungguh Insya Allah ada kemudahan.
Menurutnya, membangun Branding juga harus sejalan dengan
kompetensi yang kita miliki. Jangan coba-coba membangun Branding tertentu tapi
tidak punya Ilmunya. Membangun Branding melalui blog juga harus selaras dengan
kepribadian kita di Blog, Medsos dan segala aktivitas yang kita lakukan.
Menulis konten Blog dengan konsisten pada Branding yang kita
miliki adalah kewajiban yang harus ditaati. Kala mau dikenal sebagai pakar
pendidikan misalnya, ya sudah konsisten menulis hal-hal yang berkaitan dengan
hal tersebut.
Hingga akhirnya ketika orang berbicara "Motivator
Pendidikan" mereka, akhirnya akan mengingat "Namin AB Ibnu
Solihin". Ini contoh saja.
Tapi jika ada penasaran coba Anda searching di Google
beberapa kata berikut ini "Motivator Pendidikan" "Pembicara
Seminar Parenting" "Motivator Pelajar". Anda akan bertemu dengan
siapa kira-kira?
Menulis dan membangun Branding telah mengantarkannya keliling
Indonesia, saya telah mengisi training setidaknya di lebih dari 300 lembaga,
sejak tahun 2014-sekarang.
Saat ditanya berapa lama yang dibutuhkan seorang Namin untuk
fokus menulis di Blog dan membangun
personal branding, beliau menjawab setidaknya dari 2007- sampai sekarang kurang
lebih sudah 13 tahun Ngeblog. Sementara membangun Branding agar orang tahu
tentang motivatorpendidikan.com sekitar
2 tahun.
Salah satu cara memperkenalkan branding yang dilakukannya
adalah menulis di Medsos dan membagikan materi training secara gratis di
slideshare.net.
Mengenai perjalanan kariernya, beliau telah memulai karir
guru sejak tahun 2004, pernah menjabat kepala seksi BP, Wakil kepala Sekolah
Bidang Kesiswaan, Kepala Sekolah, Dosen, dan Konsultan Branding Sekolah.
Tentu perjalanan itu tidak mudah, lebih dari 15 tahun dalam
dunia pendidikan, selama itu pula setiap hari beliau selalu berusaha untuk
berkarya.
Beliau mengenal ilmu Branding saat sedang kuliah S2. Langkah
yang harus dilakukan untuk mem-branding diri diawali dengan mengasah potensi
atau bakat terbaik yang kita miliki sampai menjadi orang paling ahli. Skill
terbaik yang kita miliki inilah yang bisa kita jadikan sebagai Branding diri
kita.
Saran beliau untuk mengenalkan diri bisa melalui tulisan di
Blog kita. Sebaiknya tekuni bidang yang paling kita sukai dan ahli di bidang
tersebut. Selain itu, beliau menjadikan teknologi, desain grafis, edit video,
dan parenting Islam sebagai pendukung skill yang ia miliki. Konsistenlah
menulis setiap hari untuk mem-branding diri. Maka, fokuslah pada hal-hal yang
disukai dan ahli di bidangnya.
Menulis juga bisa berdasarkan pencarian orang di blog kita.
Bisa dilihat di stastistik blog. Misal, aktivitas harian kita lebih banyak
dihabiskan untuk berpuisi, orang akan mengenal kita sebagai penulis puisi.
Beliau menambahkan, menulis juga bukan sekadar menulis, tapi
harus memberikan manfaat untuk para pembacanya. Misal, beliau pernah menulis
sebuah artikel berjudul 10 cara menjadi pelajar berprestasi. Sekitar 4 tahun
berikutnya, hanya dari artikel tersebut beliau diminta untuk mengisi acara di
TV buah hatiku sayang, Anda bisa melihat
https://motivatorpendidikan.com/index.php/2016/06/02/menjadi-narasumber-dalam-acara-buah-hatiku-sayang-tvri/.
Jadi, menulis saja karena kelak Allah akan menghadirkan keajaiban.
Menghadapi pertanyaan tentang cara membangun branding:
1. Setelah kita tahu, tentang potensi kita lalu apa yang
harus dilakukan supaya berkembang dan blog atau nama kita dikenal?
2. Langkah apa yang harus dilakukan supaya blog kita banyak
yang mengunjungi?
beliau tak pelit memberi tips. Langkah yang bisa dilakukan
adalah:
1. Menulis sesuai Passion
2. Hindari Copy Paste, PD aja menulis Gaya Sendiri
3. Semua jenis konten tulisan wajib sama, tidak boleh
gado-gado.
4. Mainkan Keyword tertentu saat menulis artikel
5. Buatlah Branding contoh "Marzuki Guru Animasi"
- berarti ahli dalam bidang Animasi.
Beliau menulis dan berbicara berdasarkan apa yang dialami
langsung sehingga yang sampaikan lebih banyak kisah nyata dari pada teori. Hal
itu dilakukan saat membawakan program-program training atau seminar hingga
akhirnya bisa lebih menjiwai.
Untuk mengetahui passion diri sendiri beliau memberi tips
berikut. Lihatlah dari aktivitas harian yang sering banyak dilakukan yang kita
mau melakukannya walaupun tanpa dibayar, susah untuk menghentikannya jika
sedang asyik. Yang paling bagus memang from passion to profession. Beliau
sendiri lebih suka menulis apa yang dialami langsung. Jadi, mulai menulislah
dari banyak hal aktivitas yang suka kita lakukan. Tentu tulisan yang baik di
Blog adalah tulisan yang banyak dibutuhkan oleh orang.
Cara mengetahuinya mudah, bisa dilihat di statistik
pencarian pembaca di blog kita.
Saat ini website beliau lebih banyak memuat fotonya dari
pada narasi tulisannya karena yang orang butuhkan adalah bukti portofolio
training, dan nyatanya menyajikan foto itu lebih menjual. Sementara
video-videonya juga terdapat di channel YouTube-nya. Adapun materi panjang bisa
dibaca di sildeshare.net.
Yang paling penting dari Membangun Branding adalah sesuai
keahlian yang kita miliki. Jangan sampai misalkan kita membranding diri dengan
sebutan "Marzuki Lely - Guru Tangguh" ketika diminta ngisi materi
"Cara Membangun Guru Tangguh" tetapi cara membawakannya tidak
tangguh, loyo, dan lemas. Jadi tidak sesuai dengan Brandingnya.
Bagaimana memunculkan gagasan yang bisa kita tuliskan tiap hari? Beliau
menjawab, saat ini menulis adalah sebuah tuntutan harian karena kalau tidak
menulis orang tidak mengenal siapa dirinya. Jadi, gagasan menulis lahir dari
berbagai aktivitas positif yang beliau lakukan. Sebelum menjadi trainer, beliau
juga lebih banyak menulis aktivitas harian di sekolah.
Terakhir, beliau berpesan, yang paling penting adalah menulis
saja, jangan berharap uang dan ketenaran karena pada waktu yang tepat Allah
insya Allah akan menghadirkan hadiah terindah dari kebaikan-kebaikan yang kita
tulis.
Jangan pernah pelit berbagi karena dengan berbagi akan ada
kebahagiaan yang kita dapatkan. Mari kita isi konten positif di Blog setiap
hari, karena pada waktu yang sama jutaan konten negatif akan memangsa kita dan
generasi kita. Berhenti menulis di Blog, itu artinya kita membiarkan predator
konten negatif merajalela yang siap menghacurkan generasi kita. Teruslah
menjadi pribadi yang menginspirasi, menggerakkan dan menelandani.
Kamis, 30 Januari 2020
ASEP SUPARMAN UBAH SISWA TAWURAN MENJADI BERPRESTASI
Hari ke-14, 30 Januari 2020
Workshop Menulis Bersama Om Jay
Narasumber: Asep Suparman
Disusun oleh: Rosiana Febriyanti
================================
Bapak Asep Suparman memulai karirnya di dunia pendidikan
dengan menjadi guru kontrak yang diangkat Direktur Direktorat Pendidikan
Menengah Kejuruan (Dikmenjur) Depdiknas tahun 2004 yang ditempatkan di SMKN
Lubuk Ubar, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu melalui program SMK
Kecil di SMP.
Pada akhirnya tanggal 14 Februari 2014 hingga sekarang
(2019) beliau diberi amanah mulia menjadi kepala sekolah di sekolah yang
dirintisnya. Beliau adalah kepala
sekolah yang ketujuh di sekolah tersebut.
Selain sebagai kepala sekolah, beliau juga sejak tahun
2015-2017 aktif sebagai asesor Akreditasi Sekolah/Madrasah yang tergabung dalam
Badan Akreditasi Provinsi Bengkulu; aktivitas lainnya juga aktif menjadi Ketua
pengurus Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMK Kabupaten Rejang Lebong;
dalam organisasi profesi guru, penulis juga aktif sebagai sekretaris Pengurus
Kabupaten PGRI Rejang Lebong Provinsi Bengkulu. Di sela-sela rutinitas padatnya
aktivitas kesibukan, beliau meluangkan waktu untuk menulis best practice,
artikel Pendidikan dan buku non fiksi. Beberapa buku dan karya tulis yang telah
ditulis di antaranya berjudul: Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Outcome
untuk SMK Maju; Sukses Story Kepala SMK; Revolusi Mental Warga Sekolah untuk
SMK Maju; Peningkatan Prestasi Sekolah Sarpras Terbatas dan Mayoritas Siswa
Quadran IV; Penerapan Manajemen Prosi Plus Sebagai Upaya Peningkatan Prestasi
Sekolah di SMKN 3 Rejang Lebong; Manajemen Berbasis Prosi Mengubah Pasir
Menjadi Mutiara; Biografi Perjalanan Guru Kontrak Menjadi Kepala Sekolah
Berprestasi.
Perjalanan hidup sejak dari guru kontrak bermetamorfosis
menjadi guru CPNS, guru PNS/ASN hingga menjadi kepala sekolah berprestasi
sekaligus penulis dan aktivis PGRI merupakan anugerah yang sangat berarti bagi
beliau. Dari setiap episode kisah pengalaman hidup membutuhkan kesabaran dan
kegigihan dalam perjuangan. Mulai dari episode pertama sebagai guru kontrak
(2004 – 2006) dengan pola kontrak 3 tahun, honorarium Rp 1.000.000,- (Satu Juta
Rupiah) per bulan yang bersumber dari APBN. Karena penulis sebagai guru
perintis pada sekolah yang baru berdiri maka beliau mengajar beberapa mata
pelajaran dan mencari siswa sendiri ke setiap desa di sekitar sekolah. Basic
beliau adalah guru mata pelajaran kejuruan perikanan. Sebelum dikirim menjadi
guru kontrak, penulis mendapatkan Training of Trainer (TOT) Guru kejuruan
perikanan di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Guru Kejuruan Pertanian di Cianjur
Jawa Barat selama lebih kurang 192 jam pelatihan. Selain itu di Rejang Lebong
penulis juga mengambil pendidikan akta IV pada salah satu perguruan tinggi yang
ada di Rejang Lebong Bengkulu.
Perjuangan mendirikan sekolah baru di daerah yang dilakukan
adalah pada tiga tahun pertama, semua siswa di sekolah yang dirintis tidak
dipungut biaya apapun yang penting mau sekolah. Pada episode sebagai guru
kontrak, beliau mendapatkan honorarium satu juta per bulan dari APBN.
Beliau berasal dari Pamanukan Kabupaten Subang Jawa Barat
dan mengabdikan diri sebagai guru kontrak pusat di salah satu SMK Rintisan di
Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu.
Pada tahun 2006 beliau mengikuti tes CPNS dari formasi
honorer dan dinyatakan lulus. Dari sisi berorganisasi, sejak tahun 2004-2007
beliau aktif di forum komunikasi guru bantu (FKGB) Kabupaten Rejang Lebong,
kemudian 2007 – 2009 aktif di anak lembaga PGRI yaitu menjadi pengurus Lembaga
Konsultasi dan Bantuan Hukum (LKBH) PGRI Kabupaten Rejang Lebong, kemudian pada
konferensi kabupaten tahun 2009 mulai masuk menjadi pengurus harian sebagai
wakil sekretaris PGRI Kabupaten Rejang Lebong masa bakti 2009-2014 dilanjut
masa bakti 2014-2019 menjadi sekretaris PGRI Kabupaten Rejang Lebong.
Pada episode kedua ini penulis menjadi guru CPNS dan menjadi
PNS/ASN. Setiap kegiatan sekolah penulis dituntut paling aktif dalam
mengabdikan diri di sekolah hingga diamanahi sebagai wakil kepala sekolah di
sekolah yang dirintis tersebut.
Mulai Februari 2014, beliau diamanahi sebagai kepala sekolah
oleh Bupati Rejang Lebong. Awal memimpin sekolah keadaan sekolah serba terbatas
dan mayoritas siswa berasal dari kalangan keluarga secara ekonomi tidak mampu
dan secara kemampuan akademik siswa lemah. Atas kerjasama yang baik dan doa
semua warga sekolah beliau mengubah sekolah yang kurang diminati hingga
meningkatnya animo masyarakat melalui penerapan manajemen berbasis problematika
dan solusinya (prosi) mampu meningkatkan prestasi siswa dan sekolah.
Pada masa peralihan PNS SMA/SMK ke Provinsi, pada bulan
Januari 2017 beliau dikukuhkan kembali sebagai kepala sekolah oleh gubernur
Bengkulu. Sejak 2017-2019 sekolah yang dipimpinnya menjadi sekolah model Sistem
Penjaminan Mutu Internal (SPMI), mulai tahun 2019 menjadi sekolah rujukan dan
di akhir 2019 terpilih menjadi sekolah yang akan direvitalisasi pada tahun
2020. Sejak tahun 2019 lulusan sekolah yang beliau pimpin diterima di negara
Jerman dalam program magang kerja sambil kuliah.
Beberapa prestasi yang telah diraihnya di antaranya adalah:
mendapat penghargaan Gubernur Bengkulu sebagai guru berdedikasi tinggi tahun
2011; Juara I Guru SMK Berprestasi Tingkat Kabupaten Rejang Lebong tahun 2012;
Juara I Guru SMK Berprestasi Tingkat Provinsi Bengkulu tahun 2012; Finalis Guru
SMK Berprestasi Tingkat Nasional tahun 2012; Menjadi perintis pendirian Akademi
Komunitas Negeri (AKN) Rejang Lebong tahun 2012; Finalis Review dan Diseminasi
Hasil Penulisan Best Practice Guru tahun 2013; Juara I Lomba Inovasi
Pengelolaan Satuan Pendidikan SMK Tingkat Regional Sumatera tahun 2015; Finalis
Seminar Hasil-hasil Penelitian dan Inovasi Pendidikan Tingkat Nasional tahun
2015; Penulis selaku Kepsek sejak Maret 2015 kerjasama dengan Kodim 0409/Rejang
Lebong dalam Pendidikan Karakter dan Bela Negara; Juara I Lomba Pemilihan
Kepala SMK Berprestasi Tingkat Kabupaten Rejang Lebong tahun 2017; Juara II
Lomba Pemilihan Kepala SMK Berprestasi Tingkat Provinsi Bengkulu tahun 2017;
Finalis Lomba Simposium Nasional Kepala Sekolah dan Pengawas Tahun 2017; Juara
II Lomba Best Practice Kepala Sekolah Tingkat Nasional Tahun 2018; Juara I
Lomba Pemilihan Kepala SMK Tingkat Kabupaten Rejang Lebong (2018); Juara I
Lomba Pemilihan Kepala SMK Tingkat Provinsi Bengkulu (2018); Juara 5 Besar
Lomba Pemilihan Kepala SMK Tingkat Nasional (2018) dan Juara III Lomba menulis
buku non fiksi Tingkat Nasional tahun 2019 yang diselenggarakan PB PGRI dalam
rangka HUT ke 74 PGRI dan Hari Guru Nasional tahun 2019..
Buku beliau memperoleh sambutan dari Gubernur Bengkulu.
Awal beliau diamanahi sebagai Kepsek, beliau hampir setiap
hari melerai anak tawuran karena rata-rata guru SMK itu banyak didominasi
ibu-ibu, tidak berani menindak jika ada anak berkelahi. Pernah guru juga diajak
berkelahi oleh siswa. Maka beliau sebagai kepala sekolah dituntut berani
menindak siswa di lapangan. Walaupun belum pernah berkelahi saat menjadi siswa,
tetapi saat menjadi kepsek beliau dituntut oleh keadaan, jadi harus berani
menghadapi siswa-siswa yang agak nakal membawa senjata tajam. Bahkan, saat itu
di sekolah tidak ada OSIS, yang ada adalah organisasi siswa preman.
Alhamdulillah, berkat Kolaborasi sekolah dengan Kodim dan Polres, sekarang
tidak ada lagi. Adapun pola kolaborasi dengan Pemangku Adat setempat sudah
pernah diterapkan, tetapi kurang efektif. Maka beliau mendatangi Komandan Kodim
untuk diajak MoU.
Di Bengkulu juga sangat memegang adat, terhadap pelanggar
hukum adat ada sanksi adatnya juga. Untuk menuntaskan permasalahan kenakalan
remaja usia SMK lebih cocok menggunakan pola Taruna.
SMK juga menerapkan sistem ketarunaan (termasuk kegiatan
apel pagi dan sore) untuk setiap siswa baru wajib ikut Latsar Disiplin taruna
baru selama 3 bulan.
Beliau juga berbagi tips dalam menangani siswa yang berkebutuhan
diperhatikan:
1. Guru mapel, Wali Kelas dan Guru BK harus berkolaborasi
dalam menangani anak berkebutuhan tersebut.
2. Perlu ada home visit
3. Monitor dan komunikasi terus wali kelas dengan Wali siswa
di dalam wadah paguyuban ortu.
"Saat saya ikut lomba kepsek SMK Berprestasi Tingkat
Nasional, di hadapan seluruh Tendik, saya ditanya bagaimana mewujudkan
Kolaborasi Guru dan Tendik di sekolah?
Maka saya jawab saat itu,
Membangun komitmen bersama warga sekolah dlm mewujudkan visi
misi sekolah dan memberikan hak dan kewajiban yang proporsional sesuai tupoksi.
Serta kita anggap semua warga sekolah itu mempunyai peran yang sama pentingnya,
walaupun seorang penjaga sekolah, ibarat pentil ban, walaupun kecil, tetapi
sangat besar pengaruhnya, coba mobil bannya tanpa pentil bisa jalan apa
tidak?" jelasnya.
Beliau tidak menggunakan istilah "anak nakal".
Yang beliau maksudkan berkebutuhan khusus di sini hanya pinjam istilah saja, sebenarnya
anak yang nakal itu hanya butuh perhatian lebih saja.
Menghadapi pihak-pihak yang tidak menyukai kita, kiatnya
adalah tidak perlu dibuat konflik, kita membutuhkan orang-orang seperti itu
untuk melihat sisi yang tidak bisa kita lihat.
Sebagai penutup, beliau tak lupa memberikan kesimpulan dari
diskusi malam ini.
Menulis Best Practice (praktik baik) bagi siapapun (guru,
kepsek, pengawas) bisa, asal mau terus belajar dan tetap semangat membahana💪😎👍.
Best Practice itu yang jitu dan keren berisi pengalaman
menarik beraroma inovatif solutif.
Untuk menjadi sebuah karya, praktik baik tersebut harus
sudah dipraktikkan selama kurun waktu tertentu, misal minimal 2 tahun secara
terus-menerus dan ada hasil berupa dampak positif yang signifikan terasa
perubahannya.
Dari awal kita melakukan terobosan-terobosan berupa inovasi
solutif dalam menghadapi keseharian kita maka bisa kita tuliskan pengalaman
tersebut menjadi sebuah karya tulis best practice. Kemudian dari best practice
bisa kita kembangkan lagi menjadi buku yang bisa diterbitkan.
Selamat mencoba dan terus mencoba, sukses buat kita semua.🙏😁
Diposting oleh rosiana febriyanti di 22.43 4
Rabu, 29 Januari 2020
MENULIS SEMUDAH TERSENYUM BERSAMA BU MELNI
Hari ke-14, Rabu, 29 Januari 2020
Workshop Menulis bersama Om Jay
Narasumber : Bu Sri Melni
Disusun oleh: Rosiana Febriyanti
============================
Ibu Sri Melni adalah guru SMP yang gemar menulis buku,
pegiat literasi dari Solok, Sumatera Barat. Beliau mengajarkan cara menulis
dengan suara menggunakan aplikasi write plus yang diunduh terlebih dahulu di
playstore, kemudian para peserta workshop diminta mengunduh aplikasi write plus
dan mencobanya sendiri.
Beliau mengajarkan cara menulis dengan suara menggunakan
aplikasi write + yang diunduh terlebih dahulu di play store kemudian para
peserta workshop diminta mengunduh aplikasi tersebut dan mencobanya sendiri.
Langkah-langkahnya sebagai berikut.
Mula-mula unduh terlebih dahulu aplikasi write+
Jika sudah terbuka tekan tanda plus berwarna hijau, tunggu
sampai keluar keyboard-nya
Lalu tekan lambang mikrofon yang ada di keyboard sampai
berbunyi ting dan lingkaran di sekitar mikrofon berubah warna menjadi hijau,
barulah kita mulai berbicara, lalu muncullah tulisan dari apa yang kita
ucapkan.
Ucapan harus jelas agar dapat tertangkap oleh Google untuk
menampilkan kata dengan tepat di layar.
Kalau ada tulisan yang salah kita tinggal mengeditnya
sedikit dengan menggunakan keyboard untuk merapikan tanda baca, huruf
kapitalnya, dan kata-kata yang tidak perlu.
Untuk membagi tulisan ke Whats App, tekan titik tiga di
pojok kanan atas, tekan share hingga muncul kotak kecil berupa pilihan jenis
dokumen, kemudian kita pilih "text".
Kalau muncul kotak bertuliskan "Bagikan dengan"
kita pilih lambang WA jika memang mau dibagikan ke WA. Terserah kita, mau
dibagikan ke aplikasi email atau yang lainnya.
Beliau berpesan, menulislah seperti air mengalir tanpa
memikirkan kesalahan dulu sampai kita terbiasa dulu untuk menuangkan ide ide
untuk melahirkan karya.
Semakin banyak yang kita tulis maka akan semakin banyak
kumpulan kejadian setiap hari yang harus diabadikan
Terima kasih Ibu Melni yang telah memperkenalkan saya
aplikasi ini. Menulis menjadi lebih mudah.
Diposting oleh rosiana febriyanti di 20.16 3 komentar:
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Bagikan ke Pinterest
BUNDA HATI, GURU IPA YANG HOBI MENULIS PUISI
Hari ke-13, 28 Januari 2020
Workshop Menulis Bersama Om Jay
Narasumber: Hati Nurahayu
===================
Beliau adalah seorang guru IPA yang selain menulis buku-buku
serius seperti bahan ajar, pernah menulis buku pantun, puisi, dan buku sastra
lainnya. Girang betul hati saya karena beliau mematahkan anggapan guru IPA
tidak bisa menulis karya sastra.
Mengawali diskusi malam itu, beliau menceritakan perjalanan
pertama menulisnya bersumber dari pengaruh dosen yang sangat luar biasa, Bapak
Yusuf Hilmi Adisenjaja. Dosen tersebut menginspirasi beliau untuk menulis
walaupun bukan sebagai mahasiswa yang oke, namun beliau tetap menjalankan
nasihatnya.
Tulisan pertama beliau tentang hikmah diharamkannya darah,
saat beliau menjadi mahasiswa tingkat 3,
dan terbit di majalah Karimah. Saat itu tulisan beliau
dibayar 100 ribu rupiah.
Suka menulis karena awalnya terinspirasi dosen itu. Dan
ketika menulis kita memiliki kepuasan tersendiri.
Ketika pertama kali menyelesaikan satu buku, beliau seperti
memiliki banyak ide dalam setiap paragraf, bisa mencapai 10 judul yang ingin
beliau tuliskan. Namun beliau redam dengan menuliskan dulu ide-idenya itu. Satu
per satu beliau kerjakan sesuai waktu luang yang pas untuk mengerjakan.
Sejak itu, beliau berprinsip, menjadi guru harus dapat
menginspirasi siswa. Siswa tidak membutuhkan guru hebat atau galak, dan
kualifikasi lainnya, atau pun juara tingkat internasional, tetapi beliau ingin
menjadi guru yang menginspirasi siswa agar tetap dikenang dan didoakan siswa
juga.
Prinsip saya baca-tulis -baca. Saat membaca dan tampaklah
ide satu kunci yang akan dikembangkan
hingga menjadi banyak hal yang ingin disampaikan, sehingga beliau menuliskan
dan membuka banyak referensi untuk melengkapi literasi ide yang ada di benak
beliau.
Bagi beliau, menulis itu untuk memahami yang belum
dipahaminya. Dengan mengedit karya guru nasional yang memiliki kualifikasi jauh
di atas beliau sama artinya dengan mempelajari ilmu mereka.
Beliau mengenal penerbit indi dari Ibu Emi Sudarwati, orang
yang sangat berjasa memberikan kesempatan kepadanya mengedit karya teman secara
nasional.
Terkadang, pekerjaan mengedit buku digampangkan oleh
penulis. Padahal, mengedit itu bukanlah hal yang mudah.
Memang sebaiknya tulisan kita dibukukan agar mendapatkan
ISBN, nomor penerbitan karya kita. Selain itu, buku juga bisa menjadi daftar
pustaka yang kuat juga.
Beliau memberi tips cara membuat buku materi ajar. Sebaiknya
bahan ajar disesuaikan dengan tujuan pendidikan nasional terlebih dahulu,
materi standar nasional, dan mengikuti kurikulum yang ada.
Menurut beliau, bahan ajar yang menarik bagi siswa adalah
disertai gambar yang jelas , bahasanya tidak monoton, dan mengajak siswa untuk
lebih ingin menggali dalam buku yang kita buat.
Buku bahan ajar beliau baru terbit tahun ini bersama Bapak
Marthen Kanginan. Penulis terkenal Erlangga semasa beliau SMA.
Isi buku, lay out, dan hasil editan sangat memengaruhi karya
kita. Begitu juga dengan cover atau sampul buku. Terkadang buku zaman sekarang,
soal yang terdapat di dalamnya tidak ada kaitannya dengan bahasan materi di
dalam bukunya. Semestinya ada kesinkronan antara materi dengan soal yang ada di
buku.
Beliau melanjutkan ceritanya dengan pengalaman merintis
usaha penerbitan. Beliau memberanikan diri merintis usaha itu di Bandung untuk
memudahkan proses penerbitan, karena penulis terkadang memiliki banyak
keinginan untuk mengubah cover, dan lain-lain.
Usaha penerbitan itu dinamai Penerbit Buku Tata Akbar dan
sekarang sedang menunggu nomor keanggotaan IKAPI. Sejak berdiri, Oktober 2019,
penerbit itu sudah menerbitkan 50 buku, dan dijadwalkan pada Februari akan
memproses naskah guru dan siswa sebanyak 33 naskah.
Orang yang berjasa dalam usaha beliau ini ialah Ibu Emi. Ibu
Emi mengajarkan bagaimana percaya diri menulis dan menerbitkan karya yang tak
lolos mayor. Selain itu, Bu Emi juga yang telah melatih beliau bebas berpuisi
walau terasa masih ada kekurangan dalam hal diksi. Dari Bu Emi juga, beliau
belajar membuat cover dan hal lainnya.
Bu Emi pernah membantu beliau menerbitkan karya sahabatnya
yang meminta tolong diterbitkan. Walau hanya dibayar 100 ribu dan mengerjakan
dalam waktu yang lama, tetapi bahagia saat melihat sahabat guru bahagia dengan
terbitnya karya mereka sehingga beliau berani membuat penerbit sendiri untuk
mempermudah penerbitan karya guru nasional dengan mengandalan CV kakak beliau.
Untuk menjadi penerbit buku yang bisa memasukkan ISBN
tidaklah mudah. Kadang kesal kalau ada kesalahan, harus sabar.
Modalnya harus bisa mengedit, layout, membuat cover, dan
memilih percetakan yang tepat.
Bila guru membayar penerbitan sebesar 350, kewajiban
penerbit memiliki 6 buku, 2 buku disetorkan ke perpusnas, 2 ke pusda, dan 2
buat dokumen.
Nah kalau harga 6 buku dikali 30.000, itu sudah mencapai
180.000 rupiah.
350ribu-180ribu=penerbit kebagian 170 buat ISBN,
edit,layout, cover, dan sebagainya.
Terkadang penulis menawar kepada beliau. Mereka tidak
memahami bahwa penerbit tidak mengambil keuntungan besar dari biaya penerbitan.
Sebagus apapun naskah yang diberikan penulis, tetap ada proses edit hingga
menjadi buku.
Modalnya, beliau mengajuka ISBN dari CV Tata Akbar milik
kakak beliau. Kesulitan yang dialami oleh seorang editor buku, misalnya naskah
tidak lengkap: kata pengantar, daftar isi, biografi dan daftar pustaka tidak
ada. Bahkan judul juga tidak ada.
Mereka hanya mengirim isi, dan minta jadikn buku lengkap
dengan pengantar. Hampir 30 persen yang seperti itu. Bahkan judul terserah
penerbit. Di situlah moodnya dalam mengedit buku kadang hilang jika melihat
naskah yang amburadul.
Kebanyakan penulis mengatakan cetak buku, padahal yang
dimaksud adalah terbit.
Untuk bisa menulis artikel, penulis harus memahami dulu apa
itu artikel. Bisa dilihat di link berikut.
http://caramenulisbuku.com/cara-menulis-artikel/cara-menulis-artikel-yang-baik.htm
Wah, berbincang dengan pemateri workshop membuat saya merasa
sepertinya saya “terjebak” di antara orang-orang hebat. Jangankan ikut inobel,
menulis PTK, best practice juga saya belum pernah. Saya cuma remah rengginang
di kaleng Khong Guan. 🤭
Kemudian beliau melanjutkan, untuk menggairahkan menulis
harus ada sesuatu. Misalnya,
chemilan..hehehehe
Karena yang beliau rasakan saat menulis lumayan mengeluarkan
energi berpikir yang cukup besar.
Selain itu, kita harus bersama komunitas menulis,
bersilaturahmi, dan banyak ke toko buku. "Saya suka ke gramedia untuk cari
buku warna-warni. Nah, jadi semangat menulis," tuturnya.
Ternyata beliau tidak membeli novelnya Tere liye karena
mahal, tetapi beliau melihat kesederhanaan dalam penyajian gambar menjadi daya
tarik bukunya, padahal isinya tidak banyak berisi kata-kata mutiara, hanya satu
paragraf dalam satu halaman. Nah, kegiatan Peuyeum Bandung Literasi
terinspirasi buku Tere Liye saat itu.
Berikutnya, beliau menceritakan pengalamannya dalam menulis
buku bahan ajar. Untuk sumber yang akan dicantumkan dalam daftar pustaka pada
calon buku bahan ajar yang akan kita kirimkan ke penerbit, sebaiknya dari
buku-buku yang bermutu, jurnal, dan ensiklopedia. Ensiklopedi membuat beliau
lolos dalam penerbitan dua bukunya, Reptil dan Ekosistem di penerbit mayor.
Saat itu beliau menyewa dan scan ensiklopedi untuk mengambil gambarnya. Karena
gaptek internet, pengambilan gambar dilakukan serba manual pada tahun 2007.
Untuk melengkapi tulisannya yang akan dikirimkan ke Majalah Wanadri, gambar
di-scan semua untuk mengambil gambar ular.
Untuk daftar pustaka beliau lebih memilih buku atau jurnal
daripada sumber internet. Maka, menulis itu tidak gratis, membutuhkan biaya
untuk menemukan sumbernya.
Sebagai penutup beliau menuliskan kesimpulan pada malam itu.
Menulis saja apa yang kita ingin tuliskan, susun
sistematikanya sesuai jenis tulisan yang akan kita buat.
Semoga bermanfaat buat kita semua.
Diposting oleh rosiana febriyanti di 16.03
Selasa, 28 Januari 2020
RUTIN MENULIS ARTIKEL MENGANTARKAN KANG ENCON SEBAGAI GURU
INTERNASIONAL
Hari ke-12
Selasa, 27 Januari 2020
Workshop Menulis Bersama Om Jay
Narasumber: Encon Rahman
Disusun oleh: Rosiana Febriyanti
==================
Pada tahun 2014 beliau sudah menjadi gupres di tingkat
kabupaten, tetapi karena masa kerja beliau belum mencapai 8 tahun maka beliau
tidak diperkenankan untuk mengikuti tingkat provinsi sehingga pada waktu itu
beliau hanya bertahan menjadi juara 1 di tingkat kabupaten.
Pada tahun berikutnya, 2015 beliau diminta untuk tampil
menjadi gupres oleh kecamatan, tetapi saat itu beliau menolak karena untuk
menjadi gupres membutuhkan portofolio dan pengalaman yang komprehensif.
Meskipun menolak jadi gupres, takdir berkata lain, pada waktu itu beliau
mengikuti lomba mahkamah konstitusi tingkat kabupaten dan menang selanjutnya
diminta untuk tampil di tingkat provinsi, dan akhirnya juga menang juara 1.
Juara mahkamah konstitusilah yang mendorong beliau dapat berangkat umroh ke
tanah suci secara gratis.
Kemudian tahun berikutnya, beliau baru bersedia mengikuti
ajang lomba gupres. Dengan izin Allah, beliau menjadi juara 1 sehingga gupres
ini juga mengantarkan beliau berangkat ke Mekkah yang kedua kalinya. Maasya
Allah.
Selanjutnya beliau ikut seleksi penerimaan PMCA dari
Kemendikbud, dan alhamdulillah dengan takdir Allah, beliau bisa mewakili
Indonesia sebagai guru internasional pada tahun 2017.
Dari berbagai lomba tersebut beliau bisa berangkat ke
Australia dan belajar pula ke Thailan.
Rahasia untuk menjadi gupres ada rahasia yang bisa dilakukan
adalah amalan lahiriyah dan batiniyah. Orang-orang sukses pasti memiliki
kekuatan untuk menjadi suksesnya yakni amalan batiniah dan lahiriah. Beliau
terpilih menjadi gupres 2016 jenjang sekolah dasar. Pada tahun 2018 saya
mendapatkan penghargaan dari presiden berupa penghargaan Satya Lencana, dan
alhamdulillah pada waktu itu beliau bertemu dengan Om Jay, sosok yang sangat
luar biasa mendokumentasikan seluruh kegiatan yang mereka laksanakan di Bekasi
pada kegiatan PGRI.
Saat ditanya apa bedanya gupres dengan guru internasional,
beliau menerangkan bahwa gupres berjenjang dari mulai kecamatan kabupaten
provinsi dan nasional, sedangkan guru internasional itu ikut seleksi ke
Thailand berdasarkan rekomendasi Kemendikbud. Jika menang maka rekomendasi kita
diterima oleh Thailand.
Menjadi guru internasional tidak mudah karena posisi beliau
menjadi duta bangsa di negara orang lain terutama di 11 negara Asia tenggara.
Untuk guru internasional tentu saja harus memiliki keterampilan berbahasa
Inggris karena di sana kita akan melakukan presentasi dan wawancara dengan
media cetak dan elektronik.
Selanjutnya, beliau memberikan tips amalan batiniah dan
lahiriyah yang pernah beliau lakukan. Pertama, secara lahiriyah beliau
mengikuti panduan dan ketentuan yang harus dilaksanakan sebagai calon guru
berprestasi, kemudian mengisi seluruh format yang diminta kementerian sehingga
nilai yang diperoleh sangat tinggi. Kedua, amalan batiniahnya beliau selalu
punya wudhu pada saat mengikuti lomba.
Beliau menceritakan hal itu bukan untuk riya' tetapi berbagi
motivasi kepada rekan-rekan guru lainnya. Beliau juga mengaku hanya sebagai
guru kelas, bukan guru PKN. Bahasa Inggris juga tidak terlalu menguasai.
Selain punya wudhu pada saat ikut lomba amalan batiniah yang
dilakukan adalah sedekah dengan berdoa khususon ingin jadi juara.
"Di dalam kehidupan kita tidak bisa bersandar hanya
mengandalkan otak tetapi ada sisi lain yang harus kita minta agar kita menjadi
orang sukses yaitu Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Memiliki wudhu selama mengikuti
lomba ternyata amalan batiniah yang sangat menarik sehingga kita menjadi juara
ini terbukti dengan apa yang saya capai. semoga kalimat ini menjadi motivasi
siapapun untuk menjadi sukses dalam bidang apapun," tuturnya.
Pada ajang lomba tidak mengenal dari Kemenag atau dinas yang
pasti mereka akan mempertimbangkan berbagai hal termasuk portofolio pada tahun
2015 yang menjadi juara mahkamah konstitusi tingkat nasional jenjang SD itu
dari Kemenag. Ini menggambarkan lembaga tidak menjadi ukuran bagi seseorang
untuk sukses.
Poin penting menjadi gupres adalah yang bersangkutan harus
komprehensif dari berbagai prestasi, khususnya guru-guru yang memiliki
kemampuan menulis dan berkarya karena hanya itulah yang menjadi indikator penilaian
tim juri terhadap seseorang.
Amalan batin yang lain ketika kita mengikuti berbagai lomba
adalah minta doa kepada orang tua khususnya ibu.
Kemudian beliau menyarankan, untuk menjadi gupres, jangan
tergesa-gesa karena bukan saja tidak akan jadi pemenang, melainkan juga hanya
menghabiskan waktu dan biaya. Oleh karena itu, untuk menjadi gupres lakukan
persiapan yang baik, diantaranya:
1. menulis karya tulis dalam 3 tahun terakhir,
2. karya tulis yang sudah memiliki hak cipta,
3. banyak bertanya dan belajar kepada alumni-alumni gupres
tingkat nasional.
Beliau berhasil menjadi gupres atas izin Allah, dan menjadi
guru internasional membutuhkan waktu 4 tahun sehingga beliau tidak main-main
ketika ingin mencapai impian sebagai gupres nasional dan internasional.
Beliau menulis sejak SMP dan hobinya itu dilanjutkan ketika
belajar di SPG, lalu kecanduan menulis hingga menjadi mahasiswa. Bisa lulus
kuliah pun karena wasilah dari honor tulisan, termasuk juga dalam hal menikah
menikah, didukung dari honor tulisan
yang dimuat di koran.
"Definisi sukses bagi saya adalah bermanfaat bagi orang
lain dan saya menjadi jalan kebaikan bagi orang lain," tambahnya.
Bagaimana dengan pemilihan gupres tahun kemarin? Beliau
mengatakan, "Lebih kepada ada portofolio secara online. Saya kira tahun
ini pun tidak jauh beda, namun tahun kemarin saya amati ada tambahan penilaian
agar menjadi pemenang gupres, yaitu kandidat gupres harus memiliki karya yang
banyak yang sudah didaftarkan ke hak cipta atau haki.
Kalau penilaian juri waktu saya jadi gupres
Memiliki buku ber-ISBN, nilainya 50 kalau menulis artikel di
surat kabar nasional nilainya 10. Kalau menulis artikel di lokal nilainya 5
pada waktu itu 3 tahun yang lalu saya mengirimkan tulisan sebanyak 200 artikel
yang dimuat di koran lokal dan nasional sehingga nilainya sangat fantastis
tidak bisa dikejar oleh teman-teman lain yang punya buku 10."
Kekonsistenan beliau dakam menulis dibuktikan dengan
disiplin menulis setiap hari dan mengirimkan tulisan setiap hari juga, ke koran
Radar, ke koran Pikiran Rakyat Bandung, Republika ,dan ke koran nasional
lainnya. Selain itu, beliau rutin menulis di majalah-majalah lokal seperti
suara daerah PGRI, majalah pendidikan, majalah daerah, dan sebagainya. Beliau
berpesan, "Kita harus banyak membaca kalau ingin bisa menulis.
Saya belum tahu apakah mendapat nilai juri atau tidak
mungkin teman-teman yang lain bisa jawab karena saya menjadi gupres salah satu
hasilnya adalah banyak menulis artikel di koran lokal dan nasional,"
lanjutnya.
Tulisan pertama beliau dimuat di tabloid mingguan pelajar
dan mitra desa, grup harian umum Pikiran Rakyat Bandung. Sebenarnya, banyak
tulisan beliau yang ditolak redaksi daripada yang dimuat, tetapi beliau terus
berusaha menulis dan menulis tanpa kenal lelah sehingga akhirnya tulisan beliau
dimuat.
Tekad dan mental yang kuat menjadi di awal kalau mau menjadi
penulis di koran-koran.
Sesungguhnya menulis di koran itu lebih sulit karena koran
sudah berbicara tentang bisnis, pangsa pasar dan market koran tersebut.
Menurut beliau, untuk menjadi penulis di koran membutuhkan
mental dan tahan banting sebab tidak semua tulisan kita sesuai dengan harapan
koran tersebut jadi hal yang harus dilakukan agar tulisan kita dimuat di koran
adalah memahami isi koran dan siapa pangsa pasar koran.
Menjadi gupres atau guru berprestasi merupakan kebahagiaan
tersendiri bagi beliau karena bisa menjadi jalan kebaikan, dan mudah-mudahan
menjadi jalan kebaikan bagi teman-teman guru di seluruh Indonesia. Kebahagiaan
juga beliau rasakan ketika bertemu dengan presiden. Menurutnya, ini adalah
takdir yang sangat luar biasa yang beliau bisa nikmati.
Sampai saat ini beliau lebih fokus menulis artikel di koran
koran dan majalah sehingga menulis buku baru dimulai kembali pada tahun 2020
ini.
Beliau lebih banyak membaca buku dan kliping koran atau
majalah sehingga ketika membuat tulisan maka dengan mudah beliau bisa
menuangkannya.
Buku tersebut sebagai bahan rujukan dalam tulisannya. Target
beliau ingin menjadi maestro penulis. Aamiin.
Sebagai alumni pondok pesantren Daarut Tauhiid di Bandung
beliau ingin mengamalkan ajaran gurunya yang mengajarkan agar menjadi orang
yang bermanfaat bagi orang lain.
Kesimpulannya, untuk menjadi sukses di bidang apapun tidak
terlepas dari amalan lahiriyah dan batiniyah selain itu kita harus percaya diri
dan yakin pada kemampuan pribadi serta jangan tergesa-gesa dalam menentukan
keputusan. Ketenangan, kesabaran, dan keuletan dalam mengikuti kegiatan adalah
kunci suksesnya menjadi pemenang Bukan pecundang.
Saya pun tertegun karena merasa masih menjadi pecundang,
tidak berani mengikuti lomba apa pun, hanya bisa bersembunyi di blog saya yang
sepi pengunjung ini. Namun, dengan tulisan sederhana ini, saya akan terus
sebarkan amazing stories lainnya yang membuat saya (dan pembaca) merasa bukan
lagi seorang pecundang. Karena itu, saya mulai dengan cara menulis, meskipun
tak seorang pun yang membacanya. Stay cool, man! ☺
Diposting oleh rosiana febriyanti di 11.11 2 komentar:
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Bagikan ke Pinterest
Bincang Santai dengan Mas Edi S. Mulyanta, Penerbit Andi
Hari ke-11 Workshop Menulis Bersama Om Jay
Narasumber: Edi S. Mulyanta, Penerbit Andi
Disusun oleh: Rosiana Febriyanti
===================
Kerasnya dunia persilatan eh, dunia penerbitan telah dilalui
oleh sosok Edi S. Mulyanta. Telah hampir 20 tahun mengelola penerbitan.
Sebelumnya beliau adalah penulis buku juga, karyanya terdapat di
https://scholar.google.co.id/citations?user=tYwUNqsAAAAJ&hl=id&oi=ao.
Beliau pun merasakan pada tahun 2019 merupakan tahun yang
paling berat dalam dunia penerbitan buku. Hal ini disebabkan oleh perubahan
teknologi yang menjelma bak bayang-bayang kelam yang dapat melahap dunia
penerbitan buku di Indonesia, bahkan di dunia. Runtuhnya dunia surat kabar
merupakan pukulan telak bagi dunia cetak dan informasi berupa cetakan. Dunia
penerbitan yang saat ini di bawah IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia), menjadi
was-was dan memandang cukup berat tantangan ke depan dunia cetak dan produksi
buku. Undang-undang No. 3 tahun 2017 tentang sistem perbukuan, telah memberikan
isyarat yang tegas akan hadirnya format media digital yang telah diberikan
keleluasaan untuk secara bertahan menggantikan dunia cetak. Dipertegas lagi
dengan keluarnya Peraturan Pemerintah No. 75 yang keluar pada tahun 2019, telah
memberikan petunjuk secara tegas untuk memberikan arah ke dunia digital di
penerbitan.
Hal tersebut membuat dunia penerbitan bergegas untuk
mengubah haluan visi misi mereka ke arah yang lebih up to date, menyongsong
perkembangan teknologi yang lebih cepat dibandingkan perkembangan dunia bisnis
penerbitan secara umum. Beberapa penerbit yang tidak dapat mengikuti
perkembangan jaman, akhirnya mencoba mengurangi intensitas terbitan bukunya.
Akhirnya berimbas pula ke jumlah produksi buku mereka, dan memukul pula
pendapatan atau omzet buku mereka. Penerbit buku di bawah IKAPI adalah penerbit
yang mementingkan UUD (Ujung-ujungnya Duit) untuk mempertahankan kelangsungan
bisnisnya. Secara otomatis cash flow akan terganggu, sehingga banyak penerbit
akhirnya berpindah haluan ke usaha yang lain.
Salah satu outlet buku yang menjadi darah bagi kehidupan
penerbitan, adalah toko buku. Karena kelesuan produksi buku, akhirnya toko buku
juga terkena imbasnya, sehingga omzet mereka juga terlibas produksi yang
melambat. Penerbit akhirnya mencoba mencari keseimbangan baru di dalam
bisnisnya dengan lebih selektif dan mereposisi kembali produksi bukunya.
Beberapa buku bertema How To, atau step by step, telah
tergantikan media online yang lebih dinamis karena bisa menyertakan multimedia
yang lebih menyenangkan. Hal ini lah yang saat ini oleh penerbit dihindari,
karena materi-materi buku sudah banyak sekali tersebar dalam bentuk multimedia,
video, suara, dan media lain yang cukup mudah didapat.
Lalu tema apa yang masih cukup menarik bagi penerbit untuk
bisa terbit dengan oplah yang masih menguntungkan?
Penerbit biasanya akan melakukan scouting, atau pencarian
tema dan penulis, dan tentunya bekerja sama dengan tim riset pemasaran untuk
menentukan tema apa yang masih dapat diserap pasar. Penerbit, tidak dapat
mengesampingkan data pasar buku di Indonesia, sehingga data pemasaran ini
sangat penting untuk memberikan arah haluan ke mana produksi buku dapat
dikembangkan lebih lanjut.
Tidak semua tema buku, ternyata bisa digantikan oleh
digital, hal inilah yang memberikan harapan baru penerbit untuk masih tetap
memertahankan lini bisnis bukunya. Titik balik pasar buku yang lesu (rebound)
tampaknya sudah mulai terasa mulai tahun 2019 yang lalu, sehingga beberapa
penerbit yang terlanjur mengurangi produksi bukunya bisa tertinggal oleh
penerbit yang masih konsisten memertahankan produksi bukunya.
Gencarnya cuci gudang jualan buku dalam rangka menghabiskan
buku-buku yang telah terlanjur di produksi seperti program BBW-Big Bad Wolf
yang sukses membanjiri produk buku dengan cara cuci gudang, membuang bad stock
yang ada di gudang-gudang penerbit yang ada di Indonesia maupun di dunia.
Data-data pemasaran tidak pernah bohong, bahwa beberapa buku
dengan tema yang khas ternyata masih sangat baik di pasar. Para penerbit saat
ini sedang gencar untuk tetap memertahankan lini bisnis, yang memang telah
teruji oleh perubahan zaman. Hal ini memang membutuhkan dana yang luar biasa
besar untuk mencoba menggali lebih dalam pasar-pasar buku yang tidak
tergoyahkan dengan perkembangan teknologi yang begitu gencar. Di dalam dunia
Start-up dikenal dengan strategi bakar uang, penerbit-penerbit masih mencoba
untuk melakukan beberapa penelitian tema yang masih tetap baik di pasar.
Gelontoran dana produksi buku masih tetap dilakukan,
tentunya dengan tema-tema yang pada suatu saat nanti akan masih dapat
diandalkan untuk mengisi darah dana yang akan digunakan untuk memroduksi buku
kembali.
Ciri-ciri tema yang masih baik di pasar, memang belum bisa
fix diyakini benar oleh beberapa penerbit yang sudah telanjur terspesialisasi
pada lini tertentu.
Penerbit-penerbit di IKAPI terkadang mempunyai spesifikasi
lini tertentu yang menjadi andalannya. Hal inilah yang dapat calon penulis
pegang untuk mengusulkan tema ke penerbit yang memang sesuai dengan lini
idealisme mereka.
Penerbit ANDI, Erlangga, Intan Pariwara, Gramedia, Kanisius,
Galang, Mizan, dll. mempunyai idealismenya masing-masing, sehingga perlu
diperhitungkan oleh calon penulis jika hendak mengajukan usulan buku ke
penerbit-penerbit tersebut.
Tema buku yang menjadi andalan toko buku saat ini adalah
tema buku non teks, seperti Buku Anak, Buku Motivasi dan Agama, Fiksi, hingga
Buku Masak yang masih nangkring di 10 besar data buku terlaris di setiap toko
buku di Indonesia.
Permasalahan penerbitan adalah permasalah pendanaan,
sehingga hal ini yang menjadi ganjalan semua penerbit di bawah IKAPI. Terbitan
indi, terkadang bisa dibiayai oleh penerbitnya apabila sesuai dengan
spesialisasi mereka. Penerbit Andi melakukan review terlebih dahulu untuk
menggunakan skema penerbitan dengan pembiayaan penerbit. Apabila penulis
mempunyai skema pembiayaan sendiri, tidak dipungkiri bisa diterbitkan dengan
syarat bukunya dipasarkan oleh penulis sendiri.
Kisaran harga buku tidak dapat ditentukan dengan fix, karena
variabel di sana cukup banyak seperti, ketebalan halaman, jenis kertas,
pewarnaan, jumlah oplah buku yang dicetak.
Calon penulis dapat mengajukan usulan Proposal Penerbitan ke
Penerbit Andi yang isinya adalah:
1. Judul Buku
2. Sinopsis Buku
3. Outline Buku Usulan
4. Sampel Bab
5. Tentang Penulis ke alamat pos-el andipenerbitan@gmail.com
dengan subjek Usulan Buku.
Penerbit Andi akan mereviu kelayakan terbit buku calon
penulis dan akan diberikan usulan beberapa skema penerbitannya, tentu sesuai
dengan keinginan calon penulisnya.
Ada departemen pemasaran yang menanganinya. Konsep dasar
pembiayaan dalam penerbitan buku adalah penerbitnya yang membiayai. Nah karena
banyak tulisan yang tidak sesuai dengan misi dan visi penerbit, akhirnya tidak
dapat terbit. Karena banyaknya buku yang ditolak penerbit, akhirnya penerbit
memberikan skema lain dalam penerbitannya. Misalnya dibiayai oleh penerbitnya
sendiri, baik melalui skema dana pribadi, CSR Perusahaan, Dana Penelitian
Daerah, Dana Sekolah dll.
Penerbit Andi sering menangani penerbitan buku yang dibiayai
oleh dana Hibah dari Pemerintah ( Departemen Pendidikan dan Kebudayaan) dulu
Ristek DIKTI.
Skema pembiayaan ini diajukan oleh penulis, kemudian penulis
mengajukan hibah penelitian ke DIKTI, yang besar dana hibah kisarannya adalah
15 juta hingga 25 juta. Dana Penelitian Kampus lebih besar dan salah satu
outcome (produksi luaran) adalah buku ajar, buku referensi, dan atau buku
ilmiah populer.
Mengenai adanya istilah penerbit mayor dan minor, itu hanya
sebutan saja, dahulu skala mayor dan minor sejarahnya adalah dari kementrian
Pendidikan Tinggi atau DIKTI. Urusan di DIKTI adalah standar kampus yang
disebut AKREDITASI yang sekarang hangat dibincangkan oleh Mas Mentri.
Kampus mempunyai standar akreditasi A, salah satunya adalah
outcome kampus tersebut apakah mewarnai ilmu di Indonesia atau di dunia, dalam
bentuk tulisan ilmiah baik buku Referensi yang stratanya tertinggi, atau Buku
Ajar untuk proses belajar mengajar.
Banyaknya terbitan buku yang diusulkan untuk kenaikan
pangkat dosen, sehingga DIKTI memberikan standar penerbitan dengan skala
Nasional dan Lokal. Hal ini awalnya adalah masalah Akreditasi. Penerbit
Nasional adalah penerbit yang minimal mempunyai 3 cabang pemasaran di 3
propinsi.
Terminologi mayor dan minor akhirnya muncul di sematkan di
penerbit-penerbit baik anggota IKAPI mapunun Penerbit Kampus di bawah APTI
(Asosiasi Penerbit Perguruan Tinggi).
Penerbit Mayor, oplahnya mengikuti outlet Gramedia sebagai
oulet utama penerbit-penerbit di Indonesia. Gramedia mempunyai 100 toko buku,
setiap toko minimal 20 eksemplar, sehingga bisa dibayangkan oplah cetaknya.
Beliau mohon maaf jika salah, Gramedia hanya menangani
Penerbit dan Suplier dengan syarat tertentu, sehingga tidak semua penerbit dan
suplier yang bisa masuk, karena keterbatasan rak buku di setiap toko bukunya.
Sedangkan, penerbit indi jelas tidak mempunyai dana untuk menerbitkan buku
dengan oplah yang sedemikian besar sehingga sangat berisiko karena penerbit
hanya menitipkan buku ke toko buku (sistem konsinyasi).
Ada beberapa penerbit Indie yang menawarkan paket-paket
hemat, seperti paket 1 juta hingga 5 juta dalam memroduksi bukunya. Jumlah
eksemplarnya cukup kecil, kisaran di bawah 50 eks. Penerbit Andi sedang membuat
program supaya tidak saling mematikan sesama penerbit IKAPI.
Sebagai simpulan, beliau menambahkan bahwa penerbit adalah
lembaga yang mencari profit, dan mempunyai idealisme dalam menerbitkan bukunya
sesuai dengan visi misinya. Penulis dapat mengikuti idealisme penerbit dalam
menghasilkan buku yang akan dinikmati oleh pembacanya. Kirimkan usulan
penerbitan buku, supaya ide Anda dapat ditangkap penerbit dan disebarluaskan ke
pembaca.
Sungguh, tidak terbayang oleh saya, betapa kerasnya usaha
penerbitan di era revolusi 4.0 kelak. Mungkin buku akan tergantikan dengan buku
digital.
Diposting oleh rosiana febriyanti di 08.57 1 komentar:
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Bagikan ke Pinterest
Minggu, 26 Januari 2020
Bermodalkan Niat dan Nekat, Ibu ini Berhasil Mendirikan
Sekolah
Hari ke-10 Workshop Menulis Bersama Om Jay
Narasumber: Drs. Betti Risnalenni, M.M.
=================
Seperti tulisan saya yang sudah-sudah, tulisan ini akan
terbaca random karena saya menyusunnya berdasarkan penuturan langsung
narasumbernya dengan peserta workshop.
Dra Betti Risnalenni M.M.,
Kepala sekolah TK insan Kamil, pemilik lembaga KB-TK dan SD, malam ini
menceritakan pengalamannya dalam mendirikan sekolah.
Menjadi seorang guru adalah cita-citanya. Beliau
menginginkan agar semua anak memeroleh hak yang sama dalam mendapatkan
pendidikan yang baik. Inspirasinya timbul sewaktu beliau mengajar di Al Izhar
Pondok Labu tahun 1992, saat beliau sempat mengajar Mas Mentri kita yang
sekarang di kelas 4 SD.
Yang masuk di sekolah ini rata-rata anak orang kaya, tetapi
ada anak panti asuhan milik Bu Dani Bustanil Arifin.
Namun, perjalanan beliau untuk mendirikan sekolah itu tidak
mudah. Ada saja rintangan dan hambatan yang ditemui. Beliau merintis usahanya
dengan mendirikan lembaga kursus aritmatika tahun 1996, yang kemudian
mengembangkan sayapnya membuka 24 cabang di Kota Bekasi.
Beliau sempat ragu sewaktu mau mendirikan sekolah karena
memang tidak memiliki modal yang cukup, hanya berbekal modal nekat dan dukungan
seorang teman.
Modal awalnya dimulai dengan kerjasama ( frienchise ) dan
mengeluarkan dana sepuluh juta tahun 1996 untuk sebuah lembaga. Pada saat itu,
tahun 1996, uang sepuluh juta terasa mahal baginya.
Pada tahun 1998 beliau membuat buku sendiri dan saya membuka
cabang tidak membayar, hanya ikatan kerjasama dengan membeli buku beliau saja.
Waktu itu beliau menjual bukunya dengan harga yang terjangkau, hanya Rp 10.000
per buku karena memang tipis, berupa buku LK. Namun, satu pusat kursus bisa
membeli banyak buku. Apalagi waktu itu beliau bekerjasama dengan sekolah. Jadi
banyak buku yang terjual.
Saat membuka kursus itu beliau harus membayar ke lembaga
besarnya, namanya YAI. Uang sepuluh juta yang dikeluarkannya itu digunakan
untuk latihan tingkat satu dan perlu membayar lagi uang latihannya. Hal
demikianlah yang membuat beliau berani dan selalu mau menambah ilmu.
Enam bulan setelah kursus dibuka, muridnya hanya berjumlah 3
orang. Memprihatinkan karena modal awal sudah habis untuk membayar FC yang
mahal dan menyediakan ruangan ber-AC untuk murid.
Akan tetapi, karena itulah beliau belajar menjadi sales dan
membuat brosur, harus pandai melihat peluang. Di mana ada kegiatan, di situ
beliau membagi-bagikan brosur dari sekolah ke sekolah untuk mempresentasikan
keunggulan aritmatika.
Dibawanya serta anak yang sudah berhasil, yang sudah bisa
menghitung dengan bayangan, sudah tidak memakai sempoa. Kalau di sekolah ada
acara penerimaan rapor beliau meminta tempat ke kepala sekolah untuk
presentasi. Hal itu berlangsung sampai tahun 1998. Pada tahun itu juga beliau
mulai membuat buku sendiri dengan harga yang lebih murah , dan meminta
kerjasama yang tidak menggunakan sistem friendchice, hanya perlu membeli buku
saja. Akhirnya, beliau berhasil membuka 24 cabang.
Untuk menyemangati anak-anak, saya sering mengadakan lomba
di mal-mal. Pihak mal senang karena dengan lomba dapat menarik banyak
pengunjung. Beliau juga untung karena fasilitas disediakan oleh mereka, bahkan
hadiah pun mereka fasilitasi.
Dari 24 cabang itu, ada 1 cabang yang ingin bekerja sama
dengan beliau untuk membuat TK. Awalnya, beliau menolak karena
ketidaktersediaan modal. Namun kemudian, beliau menyanggupi hanya untuk
membuatkan buku untuk anak saja.
Ternyata tidak sampai di situ, karena dalam membuat TK itu
harus ada yayasan yang menaunginya. Pihak TK belum punya. Akhirnya, beliau
meminjamkan yayasan termasuk dana mengontrak rumah untuk TK itu.
Sejak itu kebutuhan meningkat, TK perlu peralatan, bangku,
kursi, mainan, dll . Akhirnya, beliau berkecimpung menjalin kerjasama dengan
teman beliau itu.
Mulai Maret 2003 beliau mendirikan TPQ. Waktu mulai berdiri
sudah ada murid berjumlah 28 anak. Setelah Juli beliau mulai dengan TK dan
memiliki 33 murid.
Karena TK masih mengontrak, jadi si empunya rumah masih
punya kekuasaan. Halamannya dilubangi dan dibuat kolam, tetapi sampai kontrakan
berakhir tidak pernah berisi air dan ikan, hanya lobang saja.
Baru berjalan bulan ketiga TK, tepatnya bulan September
2003, teman beliau mundur karena mengaku rugi, tidak ada untungnya. Akan
tetapi, karena masih dalam naungan yayasannya tidak mungkin menutup sekolah
seenaknya. Maka, beliau meneruskannya, sedangkan urusan kedinasan dilakukan
bersamaan dengan program KBM berjalan, karena terkait harus ada data murid dan sebagainya.
Jika tidak ada kelengkapan datanya sekolah akan dianggap fiktif.
Untuk urusan tersebut beliau memerlukan izin RT, RW, dan
tanda tangan warga yang tidak keberatan sekolah didirikan di antara mereka.
Tanda tangan warga waktu itu 50 tanda tangan, kalau sekarang memerlukan 100
tanda tangan.
Masalah muncul ketika kontrak sampai habis, bulan Februari,
sedangkan tahun ajaran kan berakhir Juni. Beliau bingung harus ke mana. Namun,
beliau yakin kalau urusan baik, Allah selalu memberi jalan. Lalu ada yang
memberitahunya bahwa ada yang menjual rumah di dekat lokasi awal, rumah
overkredit. Waktu itu dibeli seharga 23 juta. Karena ketidaktersediaan dana,
beliau membayarnya dengan cek agar uangnya bisa di tempo. Beruntung beliau
masih punya tagihan karena sebelumnya saya punya usaha servis pasang dan
perawatan AC. Langganan beliau kebanyakan berasal dari pabrik.
Akhirnya, sekolah bisa dipindah ke lokasi baru yang sampai
sekarang masih dipakai. Di sebelah rumah itu ada tanah kosong, milik developer,
jadi usaha bisa diperlebar ke sebelahnya.
Kalau ditanya dari mana uangnya, beliau juga bingung,
mungkin karena beliau masih berjualan buku sehingga ada pemasukan sedikit.
Orang tua juga meminjami uang, walau akhirnya dikembalikan lagi. Namun, orang
tua beliau bangga anaknya memiliki sekolah.
Kemudian orang tua murid usul dan meminta agar beliau agar
membuat SD. Beliau mengiyakan.
Tanah kosong yang milik developer itu harusnya satu
bangunan, tetapi beliau minta ke pihak developer agar tidak dibangun rumah,
tanah saja karena nanti juga akan dibongkar dan juga belum ada uang untuk
bongkar dan bangun kembali.
Akhirnya, developernya setuju dijual tanah saja dan beliau
membangun 3 lantai. Masyaa Allah, itu kebesaran Allah, sekolahnya tampak
seperti sekolah terkenal, Al Azhar yang memakai batu alam warna hijau, karena
dulu beliau juga pernah mengajar di sana.
Untuk bangkunya, beliau juga ingin bangku seperti di sekolah
itu. Meja dan kursi itu harganya 600 ribu, sungguh dana yang tidak sedikit
ketika itu. Akhirnya, beliau mencari cara supaya murah hingga menemukan
pabriknya. Akhirnya, beliau hanya membeli yang buat dudukannya saja seharga 125
ribu, sedangkan yang lainnya dibuat sendiri ke tukang las karena harganya bisa
di bawah itu. Sampai tukang di pabrik kursi itu geleng-geleng melihat kenekatan
beliau yang memesan bahan mentahnya. Yang menggosok-gosok dan mengecatnya
dilakukannya bersama suami beliau.
Maka, dibuat 40 set kursi karena muridnya 33 orang sewaktu
masuk ke SD. Untuk surat-menyurat juga dibuat sambil KBM berjalan. Ternyata,
pendirian SD memerlukan 100 tanda tangan warga dan kita pun disidangkan di
Pemda dengan 7 unsur kedinasan, dari Disdik, Amdal, Depnaker dan lainnya,
kemudian baru keluar izin operasionalnya.
Beliau juga didukung oleh developer, mungkin karena agar
rumahnya juga laku. Sekolah beliau masuk kalender perumahan tersebut.
Beliau membuat sekolah itu dengan tulus, tidak memikirkan
untung rugi walau cukup membuat sekolah ini berlangsung.
Untuk surat izin mendirikan SD, beliau ke UPP dulu, UPTD
jaman dulu namanya atau kantor dinas pendidikan yang ada di kecamatan. Nanti di
situ ada catatan yang harus kita urus. Jadi, kita siapkan jadi berbentuk sebuah
proposal.
Di situ harus ada Akta Yayasan, di dalam akta yayasan itu
minimal ada 5 pengurus, boleh orang lain atau juga boleh keluarga sendiri.
Karena SD dimulainya dari kelas 1, maka beliau tidak menerima kelas pindahan yang di atasnya,
sedangkan untuk penggajian juga tidak cukup dari SPP yang diterima.
Karena sekolah ada di Bantar Gebang, tidak bisa menjualnya
walau sekolahnya keren. Sekolah itu sudah diniatkan untuk membantu siapa aja yg
sekolah, termasuk untuk anak yatim digratiskan. Kalau tidak mampu, anak bisa
gratis atau bisa membayar semampunya,
tidak perlu pakai surat keterangan tidak mampu. Karena sebenarnya tidak
ada yang mau dibilang tidak mampu, apalagi pakai legalitas tidak mampu. Anak
yang lain membayar dengan jumlah normal. Sampai sekarang saja uang SPP hanya Rp
250.000 sudah termasuk kegiatan, ekskul, dan lain-lain, tanpa ada pungutan
lain.
Dulu waktu sekolah masih kecil, untuk menggaji guru memakai
gaji PNS suami beliau, setiap tanggal satu. Hikmah yang bisa diambil, beliau
bisa berkenalan dengan banyak orang dan bisa berkompetisi dengan yang lain dan
mengetahui kegiatan-kegiatannya. Karena saya guru, saya ikut lomba Guru
berprestasi tahun 2006 dan hanya jadi pemenang harapan 2 guru berprestasi.
Katanya, berkas fortopolio beliau tidak ada. Waktu itu tidak dikumpulkan. Itu
pengalaman yang menyedihkan buat beliau.
Sekarang uang masuk sekolahnya hanya Rp 2.300.000 sudah
berikut seragam dan tidak ada uang pendaftaran ulang.
Untuk mengukuhkan jati diri, beliau juga mengikuti lomba
kepala sekolah. Berbekal pengalaman sebelumnya, beliau mempersiapkan dan
mengawalnya sehingga berhasil meraih juara 1 Kepala Sekolah Berpretasi tahun
2009.
Sedari awal, niat beliau mendirikan sekolah bukan untuk
mencari uang, melainkan untuk mencari keberkahanya saja, sekolah tetap berjalan
lancar, dan anak-anak beliau juga bisa bersekolah dengan baik. Temannya
mengatakan bahwa mendirikan lembaga pendidikan itu ladang ibadah dan diniatkan
lillaahi taala.
Sekarang beliau sudah mulai mengestafetkan kepengurusan
sekolah ke kedua putrinya. Kegiatannya sekarang sedang mengawal putra beliau
dalam mengelola kafe.
Beliau mengelola sekolah swasta, KB – TK dan SD Insan Kamil
Bekasi yang mengembangkan budaya lokal. Permainan tradisional dan tarian
tradisional. Kalau ada yang minta untuk hadir, insyaa Allah murid-muridnya
siap.
Kemudian, beliau melanjutkan ceritanya. Guru gurunya orang
luar daerah semua, dari Medan sampai Papua. "Anak saya karena mereka
operator sekolah juga. Kalau ngegaji ga ada yang mau digaji kecil. kasihan.
Kalau dibilang gaji, lebih kecil gaji anak saya dibanding guru guru,"
ujarnya.
Kemampuan beliau dalam aritmatika berawal dari pengalaman
SD-nya memang suka berhitung dan mengotak-atik angkanya. Kalau menulis bukunya
diperoleh dari melihat buku aritmatika yang sudah ada, memakai kawan kecil,
besar dan keluarga, jadi ada tingkatannya.
Bukunya laku karena mengadakan pelatihan buat gurunya dan
guru tersebut boleh mengajarkan ke muridnya dengan membayar biaya kursus atau
les.
Sekarang beliau sering mengadakan pelatihan buku bahan ajar,
malah diajari langsung oleh pihak penerbitnya, Penerbit Andi yang telah
memfasilitasinya. Sudah berjalan ke Solo, Yogya dan Solok.
Kalau menulis buku TK, beliau melihat apa yg dibutuhkan buat
TK itu, mulai dari menarik garis, menggambar, mengenal angka, huruf, membaca
dan berhitung, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan dan kesiapannya. Hal itu
dilakukan agar sesuai dengan lingkungan setempat.
Awalnya, mencari guru dengan pasang iklan di koran.
Kebetulan dulu, kebanyakan guru guru tersebut masih lajang sehingga bisa
tinggal di rumah beliau yang berada di sebelah sekolah.
Beliau menutup diskusi malam itu dengan pesan yang indah,
"Kalau untuk kebaikan ga usah ragu-ragu, Allah akan
mudahkan segalanya. Jangan takut mencoba apa yang menjadi cita-cita kita."
Diposting oleh rosiana febriyanti di 09.20 Tidak ada
komentar:
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Bagikan ke Pinterest
Sabtu, 25 Januari 2020
JANGAN REMEHKAN GURU GOJEK INI, BUKUNYA LAKU 75 JUTA DI
NIGERIA
Workshop hari ke-9 Menulis Bersama Om Jay
24 Januari 2020
Narasumber: Lilis Ika Sutikno
================
Saat saya menulis ini tadinya saya bingung harus mulai dari
mana karena semua pengalaman bahkan foto yang dibaginya di facebook sudah
mewakili cerita pengalamannya. Melihat akun facebook bernama Lilis
Suktikno, saya cuma bisa takjub pada
pejuang Agupena NTT ini. Sayang, pertemanan di akun tersebut sudah penuh. Aku
tak bisa menambahkan pertemanan dengan beliau.
Faktanya, infrastruktur di sana jelas tidak lebih baik
daripada Bogor, tempatku mengajar. Beliau mengaku bisa muntah sembilan kali
selama perjalanan ke sana karena buruknya sarana jalan. Bahkan, bagi yang
indigo bisa melihat makhluk halus. Seketika saya turut merinding
membayangkannya perjalanan beliau. Akan tetapi, semangatnya luar biasa. Dari
cerita pengalaman yang dibagikan di akun tersebut, beliau susun menjadi sebuah
buku yang kemudian menjadi best seller. Tak tanggung-tanggung diborong oleh
Kadis Pemda NTT sebanyak 20 eksemplar dengan harga 75 ribu per buku. Begitu
pula pengalamannya berjuang di Atambua juga dituliskan menjadi 7 buku siap cetak.
Buku best sellernya juga sudah mau dijual putus (istilahnya) di Nigeria.
Kesulitan yang menerjang tak menjadikannya pasrah, meskipun
dana dari pemerintah tidak ada. Pencetakan buku ditanggung sendiri. Namun,
kerja keras diiringin doa itu membuahkan hasil. Buku-buku yang tidak laku
ditariknya dari toko buku, kemudian dipasarkan sendiri. Bahkan, murid-murid
dengan senang hati turut membantu pemasarannya.
Tak sadar air mata saya menggenang. Sungguh-sungguh
inspiratif. Beliau menulis facebook (calon bukunya) setelah tahajud sambil
menunggu subuh. Mungkin juga karena sinyal baru ada pada tengah malam.
Kemudian beliau pun menceritakan bahwa dalam penutupan
Workshop PTK/PTS Agupena, Bapak Minhajul Ngabidin, Kepala LPMP Jogyakarta
berkata kepada beliau, "Dokumentasikan sekecil apa pun momen dalam
hidupmu, kelak kenangan itu akan banyak manfaat bagimu."
Dan beliau menjadi pemenang INOBEL Juara 1 Nyanyian Kimia.
Satu kejutan lagi buat saya, saat beliau mengaku bahwa
beliau satu-satunya mitra Gojek tercantik di NTT. Beliau melakukannya karena di
sana belum ada Gojek dan berguna juga untuk memudahkan mobilitas beliau dalam
menjalani aktivitas yang padat, harus tepat waktu, sementara sarana
transportasi kurang mendukung.
Pesan beliau di akhir diskusi demikian bijak.
"Langkah seribu diawali dari langkah pertama, apapun
yang sahabat mau melangkahkan kaki, segera awali dengan hati yang ikhlas,
sabar, tawaqal, dan senantiasa bersyukur dan tersenyumlah.
Uang bukan segala-galanya. Bekerjalah dengan hati yang tulus
ikhlas. Allah sudah siapkan kita selalu cukup menurut Allah. Ukuran Allah itu
indah, meskipun tak seindah ukuran kita. Ridho Allah adalah tujuan hidup
kita."
Maka jari-jemari saya pun diam menunggu perintah otak hendak
menulis apa lagi. Sayangnya, tulisan ini saya cukupkan sampai di sini.
Benar-benar saya tak bisa membayangkan, apa saya sanggup setangguh beliau
berada di lingkungan yang penuh keterbatasan. Kehidupan menjadi seorang guru di
perbatasan justru memberikan inspirasi tanpa batas. Selamat berjuang para guru!
Diposting oleh rosiana febriyanti di 09.34 4 komentar:
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Bagikan ke Pinterest
Jumat, 24 Januari 2020
BINCANG HANGAT BERSAMA BU EMI, PERAIH JUARA I INOBEL
Hari ke-8 Workshop Menulis Bersama Om Jay
23 Januari 2020
Narasumber: Emi Sudarwati
====================
Pada tahun 2016, penulis ditugaskan mengikuti seleksi guru
prestasi tingkat Kabupaten Bojonegoro.
Sebenarnya saat itu sudah untuk yang ke dua kalinya. Karena banyak guru menolak mengikuti seleksi
tersebut, akhirnya penulis ditugaskan lagi.
Ternyata tidak sia-sia. Karena
bisa menduduki juara ke tiga dari tiga puluhan peserta.
Pada tahun yang sama, penulis kembali mengirimkan karya
inobel. Kali ini bukan atas
inisiatif bapak kepala sekolah, tetapi
keinginan penulis sendiri. Karena
pengalaman tahun 2015 lalu begitu menginspirasi. Kali ini bukan karya baru. Namun karya lama yang diedit, dengan tambahan
sesuai yang diberikan oleh dewan juri.
Alhasil, mendapat juara 1 inobelnas kategori SORAK (Seni, Olah Raga,
Agama, bimbingan Konseling dan Muatan Lokal).
Tidak lama seusai lomba, penulis mendapat panggilan untuk
short Course di Negeri Belanda. Belajar
sistem pendidikan di negri kaum penjajah yang super maju itu. Berkunjung ke dua universitas terbaik, yaitu
Windesheim dan Leiden. Juga berkunjung
ke sekolah-sekolah terbaik, yaitu Van Der Capellen dan lain-lain. Bukan hanya itu, semua peserta diajak
berwisata ke Volendam, menyusuri Kanal Amsterdam dan mampir ke Brussel-Belgia.
Sepulang dari Belanda, masih juga mendapat panggilan
workshop menulis jurnal di Kota Bali.
Lagi-lagi, di samping belajar juga bisa berwisaya keliling
kota terindah di negeri ini. Kali ini,
semua peserta mendapat materi merubah naskah inobel menjadi jurnal. Tentu ini bukan hal kecil, karena naskah
tersebut akan dimuat dalam jurnal berkelas nasional. Nama jurnalnya adalah DEDAKTIKA.
TAHUN 2019
Penulis mengawali terbitnya buku Kado Cinta 20 Tahun dan
Haiku. Karya ini ditulis berdua dengan
suami. Semoga dengan lahirnya buku
tersebut, ikatan pernikahan penulis dengan suami semakin bahagia.
Selanjutnya, di tahun yang sama. Penulis ingin menerbitkan 2 buku tunggal dan
beberapa buku patungan. Buku tunggal
yang pertama berbahasa jawa, yaitu pengalaman selama haji dan umrah. Sedangkan buku tunggal yang ke dua adalah
ini, Menulis dan menerbitkan Buku sampai
Keliling Nusantara dan Dunia.
Alhamdulilah impian ini bisa menjadi nyata.
Adapun untuk patungan, seperti biasa saja. Yaitu menulis bersama siswa SMPN 1 Baureno
dan bersama grup Patungan Buku Inspiratif.
Juga menulis bersama penerbit Pustaka Ilalang.
TAHUN 2017
Tidak berhenti sampai di situ. Beberapa bulan berikutnya. Penulis diundang untuk mengikuti workshop
Literasi di Kota Batam. Tidak ingin melewatka
kesempatan, beberapa peserta menyempatkan mampir ke negara tetangga, yaitu
Singapura. Sehari di kota lion,
melahirkan sebuah buku berjudul Dag Dig Dug Singapura.
Bukan aji mumpung atau apa, hanya tidak ingin melewatkan
kesempatan baik. Kapan lagi seorang guru
bisa jalan-jalan ke Singapura, kalau bukan memanfaatkan kesempatan baik
tersebut.
Kebetulan juga bertepatan
dengan liburan sekolah, jadi sama sekali tidak mengganggu kegiatan
belajar-mengajar di sekolah.
Paska menyandang predikat juara I inobelnas, penulis belum
boleh lagi mengikuti lomba yang sama.
Tentu dalam waktu yang belum bisa diprediksi. Oleh karena itu, penulis tidak ingin
kesepian. Lalu mengajak teman-teman
alumni finalis inobelnas untuk menulis bersama dalam satu buku. Penulis menyebutnya dengan istilah Patungan
Buku Inspiratif.
Bukan hanya karya yang bersifat ilmiah. Namun dalam grup tersebut juga menerbitkan
kumpulan cerita inspiratif, berbagi
pengalaman mengajar, kumpulan puisi, kumpulan pantun dan masih banyak lagi
buku-buku lainnya.
Dalam perkembangan selanjutnya, bahkan bukan hanya
menerbitkan buku-buku patungan. Namun
saat ini lebih banyak menerbitkan SBGI (Satu Buku Guru Indonesia) dan SBSI
(Satu Buku Siswa Indonesia).
TAHUN 2018
Ratusan buku lahir dari grup Patungan Buku Guru
Inspiratif. Karena sejak tahun 2018 ini
lebih banyak menerbitkan SBGI dan SBSI, maka nama grup dirubah. Yaitu menjadi Penerbit Buku Inspiratif
(PBI). Beberapa undangan dari
daerah-daerah lain mulai berdatangan.
Misalkan dari Kota Bogor, Sampang, Tuban, Blitar, Lamongan, Yogyakarta
dan lain-lain.
Akhirnya penulis berinisiatif, hanya menerima undangan
sebagai nara sumber pada Hari Sabtu-Minggu atau Jumat sore.
Sedang di Bojonegoro sendiri, penulis aktif sebagai Guru
Ahli (GA) di Pusat Belajar Guru (PBG).
Setiap saat harus siap menerima panggilan sebagai pemateri seminar
maupun pelatihan. Juga sebagai juri
dalam lomba-lomba guru. Tempatnya bisa
di PBG pusat atau di PBG kecamatan.
Selain di PBG, juga penulis juga aktif di PGRI. Yaitu sebagai juri lomba Guru menulis dan
pelatihan meulis buku. Memotivasi
guru-guru Bojonegoro agar lebih inovatif dalam mengajar, dan lebih kreatif
dalam menulis.
Mengimbau agar guru-guru lebih sering mengirimkan hasil
karya ke media. Jangan berharap sekali
kirim pasti tayang atau dimuat. Namun
harus bersabar, terus-menerus mengirim naskah.
Lama kelamaan pasti dimuat juga.
Bukan karena penerbit merasa kasihan, tapi memang pengalaman
meulis itu sangat diperlukan. Dengan
terus-menerus mengirim naskah, berarti sudah terus menerus belajar menulis
pula. Dari proses tersebut kita
belajar. Belajar meminimalisir
kekesalahan.
Demikian penjelasan dari Om Jay untuk memperkenalkan
narasumbernya malam itu.
Saya langsung bertanya pada Bu Emi, "Maaf, Bu, bisa
diceritakan waktu ikut lomba inobel, ibu membuat inovasinya apa? Sangat keren,
saya belum punya keberanian untuk ikut inobel."
Tanpa disangka-sangka ternyata Bu Emi tidak keberatan untuk
menjawab pertanyaan saya yang to the point. Tulisan beliau berjudul
"Pembelajaran Menulis Cerita Cekak (Cerita Pendek) dengan Media SMSHP
(Selfie, Media Sosial dan Hubungan Pertemanan)", lalu sambungnya,
"Sebenarnya inovasi biasa saja. Tapi karena hasilnya adalah karya siswa yang
diterbitkan menjadi sebuah buku ber-ISBN, itu yang menarik bagi juri."
Dalam beberapa tulisan di blog beliau, lebih banyak berisi
opini pribadi tentang berbagai fenomena di tengah kehidupan sehari-hari.
Kemudian peserta lain menanyakan bagaimana mengembangkan
tulisan itu agar lebih berbobot dan menarik. Menurut beliau, tidak ada teori
yang paling baik dan khusus untuk itu.
Kecuali banyak membaca, membaca dan membaca.
Lalu menulis, menulis dan menulis. Sampai menemukan ciri khas kita sendiri.
Hal yang menginspirasi beliau untuk selalu menulis ternyata
berasal dari lingkungan di sekitar,
terutama siswa. Hampir setiap
hari beliau berjumpa dengan 900-an siswa dengan berbagai karakter.
"Mantra" beliau adalah Baca, baca, baca. Lalu
tulis. Semua pasti mengalami itu. Sampai
saat ini, beliau juga masih minder jika tulisannya bersanding dengan tulisan Om
Jay dll., tetapi beliau selalu yakinkan pada diri sendiri, bahwa pasti ada yang
butuh tulisan beliau, dan ada yang butuh tulisan Om Jay. Jadi, tulis dan lupakan. Jangan dipikirkan
lagi. Lalu tulis dan dan terus menulis.
Lantas Om Jay menanyakan kesulitan apa yang beliau pernah
alami dalam menerbitkan buku karya siswa dan guru.
Bu Emi mengungkapkan
masalahnya terletak pada keuangan karena sejak awal beliau membiayai
penerbitan itu sendiri. Dari uang TPP.
Akhirnya, mendapat penghargaan-penghargaan, dll. Sekolah sama sekali tidak membantu masalah
keuangan. Mendengar jawaban beliau, saya pun terdiam. Entah bagaimana nasib
saya nanti ya, saya juga ingin menerbitkan buku tetapi mengalami permasalahan
yang sama.
Kemudian pikiran saya random ke sana-kemari. Saya teringat
keterangan Om Jay bahwa beliau pernah menjadi juri menulis. Maka saya
menanyakan hal berikut. Sebagai juri lomba penulisan buku adakah pesan yang
hendak disampaikan kepada guru-guru yang belum pernah ikut lomba menulis buku,
mengenai hal apa saja yg harus diperhatikan. Mungkin kesalahan apa saja, dan
apa yang harus diperbaiki para calon peserta lomba menulis buku.
Bu Emi berpesan:
1. Sebelum menuli buku. Harus banyak baca buku.
2. Ikuti petunjuk teknis dari panitia.
3. Pasrahkan hasilnya kepada Yang Maha Kuasa.
Kesalahan peserta lomba:
1. Banyak plagiat
2. Terburu-buru
3. Terlalu ambisi menjadi juara.
Kemudian peserta lain menanyakan batasan usia untuk
mengikuti Inobel berapa tahun dan apa saja yang dinilai waktu seleksi online.
Bu Emi menjawab, tidak ada batasan usia.
Tahapan seleksi awal : plagiarisme naskah.
Lalu dispaly dan presentasi.
Tapi itu seleksi pada tahun 2016. Tiap tahun bisa saja
aturannya berubah. Baca saja perunjuk teknisnya, lalu ikuti.
Tiba-tiba saya teringat siswa saya, saya pun menanyakan
bagaimana cara memotivasi siswa putra untuk menulis karena kebanyakan mereka
kinestetik dan tidak suka tugas menulis. Beliau menjawab, tidak semua anak suka
menulis. Jangan dipaksa jika mereka tidak suka. Mungkin bakatnya di bidang
lain, tetapi minimal kita berikan contoh saja dulu.
Yang pernah beliau lakukan adalah memancing dengan
pertanyaan. Alhamdulillah, para siswa menulis semua meskipun mereka tidak
berbakat.
Contoh:
1. Apakah kalian pernah pergi ke suatu tempat? Ceritakan
minimal 1 kalimat tentang tempat itu.
2. Dengan siapa kalian pergi ke sana?
3. Apa saja yang kalian lakukan di sana?
4. Apakah ada kejadian menarik yang kalian alami?
dan pertanyaan ringan lainnya.
Peserta lain pun bertanya, mengapa sebelum menulis buku
harus banyak membaca buku. Kemudian dijawabnya dengan bijak, karena membaca
adalah pengalaman terbaik.
Peserta lainnya bertanya, saat menulis, kata atau kalimat
dari yang dibaca muncul dan tertulis apakah termasuk plagiat. Bu Emi menjawab,
tidak, jika hanya 1 kata. Tapi kalau 1 kalimat sama persis, jelas plagiat.
Kalau parafrase tidak masalah karena tidak sama persis.
Pertanyaan yang senada dari peserta lain datang. Kalau kita
baca sebuah cerpen, kemudian kita buat cerpen yang idenya hampir sama
dengan cerpen yang kita baca, apakah
diperbolehkan. Jawabnya, boleh, tapi saat menulis usahakan menutup semua buku
atau cerpen yang kita baca tadi. Lalu mulai menulis di layar kosong.
Sebagai kesimpulan diskusi malam itu, beliau merumuskannya
sebagai berikut:
Buku adalah bukti sejarah.
Merupakan catatan bahwa kita pernah hidup di dunia ini. Oleh karena itu, saya ingin mengabadikan
setiap jengkal perjalanan menjadi sebuah buku.
Setiap karya pasti akan menemukan takdirnya sendiri. Semoga buku sederhana ini mengispirasi banyak
orang. Nuwun nuwun.
Diposting oleh rosiana febriyanti di 17.48 3 komentar:
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Bagikan ke Pinterest
Kamis, 23 Januari 2020
OBRAS (OBROLAN ASYIK) SEPUTAR MENULIS BUKU BERSAMA CAK LUK
Hari ke-7 Workshop Menulis Bersama Om Jay
22 Januari 2020
Narasumber: Lukman Hakim, Kepala P3G Jawa Timur
==================================
Pada hari ketujuh workshop Menulis Bersama Om Jay, Bapak
Lukman Hakim atau biasa disapa Cak Luk mengawali diskusi malam itu dengan
membagikan ebook Buku Catatan Harian Saya: Guru 4.0 yang berisi pengalaman
selama menjadi guru. Buku itu diterbitkan oleh Razka Pustaka Yogja.
Beliau membuka diri untuk berkenalana di laman facebooknya,
peserta bisa meng-add FB : https://www.facebook.com/pakne.niswah
dan follow akun channel di
https://www.youtube.com/channel/UCRSNsd3kVms_bneVKetRW7g
Karena beliau tidak suka berpanjang kalam maka dibukalah
sesi diskusi.
Pertanyaan pertama mengenai apa saja kesulitan yang sering
dihadapi penulis dalam menyusun sebuah karya ilmiah serta bagaimana
mengatasinya. Beliau menjawab bahwa kesulitan sebenarnya adalah saat permulaan
menulis. Sebenarnya semua guru sudah memiliki modal menulis, hanya perlu wadah
dan pendamping saja.
Ternyata ada peserta yang sempat membaca sepintas ebook yang
baru saja dibagikan adalah potret keseharian kita menjadi guru dan buku dikemas apik dengan bahasa yang
bagus. Kemudian timbul pertanyaan mengenai bagaimana triknya supaya kita bisa
menulis tanpa beban ketakutan dengan banyak kesalahan dan bisa mengalir apa
adanya.
Beliau memberi link tulisannya
https://pakneniswah.gurusiana.id/article/2019/1/menulis-apa-1700881
berisi cara agar bisa mengalir ceritanya. Untuk itu insyaa
Allah bulan Februari-Juli 2020, P3G Jawa Timur akan mengadakan pendamping
#nulisPTKbareng secara bertahap salah satu cara mengatasi dengan mengikuti
pelatihan-pelatihan pendampingnya yang bisa langsung selesai bukan yang 3
harian dan instan. Kalau misalnya bisa mandiri, hanya perlu mengasah diri
dengan pengetahuan menyusun KTI misalnya membaca KTI orang atau dengan membeli
buku tentang PTK.
Pertanyaan kemudian bergulir mengenai bagaimana mengerem
nafsu kita ingin menuliskan semua yang kita tahu dan pernah kita baca, padahal
tidak berkaitan dengan tema tulisan. Beliau memberi tips agar menggunakan diksi
(pilihan kata), bisa meniru gaya tutur penulis-penulis profesional. Tentukan
dulu yang mau kita tulis apa. Di ebook itu beliau mencoba membuat per judul: 1
judul ada 4-5 tulisan itu untuk membatasi agar tulisan kita bisa 1 tema jika
menemui kesulitan dalam membuat kerangka. Sedangkan kalau menulis pengalaman
kan luas, maka perlu dibatasi per judul/bab, misal bagian 1 tentang pengalaman
menarik mengajar di kelas, bagian kedua: pengembangan karir guru.
Dalam ebook yang dibagikannya tulisan singkat-singkat, salah
satunya supaya pembaca tidak bosan
dan bisa memberikan kesan bahwa tulisan kita kosong dari
pesan. Misal, dalam tulisan beliau ini.
https://pakneniswah.gurusiana.id/article/2017/4/kenakalan-guru-lho-1007320
Beliau ingin menyampaikan pesan yang nakal bukan hanya
siswa, tetapi guru
ini dimaksudkan agar
guru tidak meniru siswanya misalnya datang terlambat atau masuk kelas terlambat
jadi ada pesan yang ingin kita sampaikan. Tulisan-tulisan di FB beliau tulis
langsung dari HP. Konsepnya ada ide-tulis-bagi.
Sebenarnya pembaca sudah punya mindset sendiri. Yang mungkin
berbeda dengan mindset kita tapi beliau yakin, secara naluriah manusia itu akan
tertarik dengan tulisan-tulisan yang dekat dengan diri pembaca dan bermakna,
misalnya saya seorang guru, saya akan tulis sesuatu yang berhubungan guru
khususnya tentang naik pangkat. Guru perlu dan pasti akan menyimak dan mencoba
pengalaman penulis, seperti dalam tulisan berikut.
https://pakneniswah.gurusiana.id/article/2019/1/mudahnya-naik-pangkat-asn-531412
Ini tulisan yang terbanyak dibaca di akun gurusiana beliau
karena mereka perlu dan bisa jadi terpengaruh.
Lantas ada pertanyaan bagaimana cara menulis yang bernada
tidak menggurui, padahal saya kan guru? Beliau menjawab, tunjukkan saja bahwa
tulisan kita bagus dan bermanfaat. Istilah yang beliau gunakan adalah
memantaskan diri. Dengan kita menulis dan mengasah selalu tulisan kita maka itu
akan secara tidak mengajarkan kepada orang lain
bahwa menulis itu mudah.
Bagaimana kalau ada yang tersinggung dengan tulisan kita,
beliau menjelaskan tentu tersinggung dalam arti positif seperti tulisan ini
barangkali
https://pakneniswah.gurusiana.id/article/2017/4/kenakalan-guru-lho-1007320
Maka penulis perlu memperhalus diksi yang dipilih agar
lembut ketika dibaca orang yang kontra.
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=2520936471487371&id=100007131277142&sfnsn=wiwspmo&extid=UA3370dlpga5fKVH
Seperti tulisan ini tentang etika, yang penting kita
menyampaikan apa yang benar, show must go on.
Kemudian beliau menawarkan
bila ada yang ingin didiskusikan silakan menghubunginya.
Bila ada peserta yang punya Naskah Buku siap terbit bisa WApri beliau. Penerbit
Delta Pustaka didedikaasikan untuk Guru dan Siswa.
Mengenai PTK, beliau menuturkan bahwa selama ini kebanyakan
guru hanya mengadalkan PTK untuk publikasi ilmiah, padahal banyak sekalian
macam publikasi ilmiah, mulai dari jurnal, buku teks, buku pengayaan, dan
lain-lain. Yang tidak banyak diketahui adalah bahwa PTK bisa dimodifikasi
menjadi setidaknya 4 produk: buku, artikel jurnal, best practice dan laporan
PTK. Beliau ingin teman-teman guru mengetahui bahwa buku itu tidak selama buku
pelajaran atau yang sejenis. Mengapa PTK? Karena PTK sdah mewakili format buku
sehingga hanya tinggal dimodofikasikan saja.
Perlu diingat bahwa dalam rubrik PTK nilai 4 itu ada 2,
yaitu laporan PTK dalam bentuk Buku dan PTK yang diseminarkan.
Bagaimana dengan modul? Kalau menulis modul tidak harus ada
kunci jawabannya Dikhawatirkan siswa malas berpikir, malas membaca soal dengan
teliti, justru malah langsung melihat kunci. Beliau menjawab, beliau
membuat buku IPA SMK Bismen, untuk kuncinya disendirikan di
1 buku, untuk pegangan guru yang ke siswa ndak usah diberi kunci hanya yang ada
di guru kunci disertakan.
Seorang guru kimia bertanya, kalau guru kimia membuat buku
kumpulan puisi yang tidak ada kaitannya dengan kimia, apakah bukunya dihitung
angka kreditnya?
Beliau pernah menanyakan ke koordinator penilai PAK Jawa
Timur, dan tidak masalah karena puisi merupakan unsur karya inovatif bukan publikasi
ilmiah sebentuk karya seni, jadi tidak boleh nulis puisi dalam bentuk antologi.
Tanpa mengecilkan hati teman-teman non-PNS, menulis bukan hanya monopoli PNS,
kebetulan kalau PNS menulis untuk angka kredit sebenarnya lebih dari itu.
Buku Guru 4.0 bukan untuk angka kredit karena itu adalah
tulisan lepas yang beliau tulis karena ingin menulis dan berbagi tentunya.
Makanya 3 buku beliau tidak dijual. Beliau juga tidak suka menerbitkan di
penerbit mayor karena tidak bisa menentukan harga sendiri buku palajaran IPA
SMK untuk Bismen, beliau mencetak dan menerbitkan sendiri karena ingin menjual
ke anak-anak dengan harga terjangkau.
Kumpulan pantun idealnya juga dapat angka kredit. Kalau
kumpulan pantun tidak dapat angka kredit, berarti ada kemungkinan penilainya
yang belum paham karena Pantun termasuk salah satu jenis puisi. Puisi itu ada
banyak jenisnya, bisa pantun, syair, haiku, dll.
Sebagai penutup, Cak Luk memberikan kesimpulan sebagai
berikut. Tiga Pilar Publikasi Ilmiah: Lembaga Pelatihan (sebagai wadah kegiatan
pengembangan profesi guru); Penerbit (menerbitkan karya hasil pelatihan dalam
bentuk buku); Jurnal (menerbitkan karya artikel imiah) dengan pendukung channel
youtube sebagai alat/media komunikasi untuk pelatihan menuju Diklat 4.0.
Diposting oleh rosiana febriyanti di 19.05 3 komentar:
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Bagikan ke Pinterest
Rabu, 22 Januari 2020
PENGENALAN PENERBITAN BUKU
Hari ke-6 Workshop Menulis Bersama Om Jay
Narasumber: Sri Sugiastuti
Tema: Penerbitan Buku
Disusun oleh Rosiana Febriyanti
=================
Pada kesempatan hari keenam ini, Bu Sri berbagi
pengalamannya berproses dengan istilah from upgrade to upgrade.
Beliau membuka diskusi tentang penerbit dengan power
pointnya. Kemudian, peserta kelas langsung menanyakan apakah untuk penerbit
mayor itu dicetak minimal 1000 buku,
benar-benar tanpa biaya. Maka beliau menjawab, Penulis cukup kirim
naskah ke penerbit dan menunggu 3 bulan atau lebih baru ditanyakan lagi apakah
ditolak atau dipinang. Silakan saja
kirim, siapa tau berjodoh. Menurut pengalamannya pribadi pada tahun 2010 buku
yang pernah ditulis tim, beliau salah satunya, atas permintaan editor Erlangga,
buku bisa cetak di atas 1000 dan 6 bulan berikutnya beliau sdh dapat royalti
sesuai dengan MOU. Asal penerbit mayor yang menerbitkan penulis tidak
mengeluarkan dana.
Mengenai manfaat menerbitkan buku, beliau menuturkan bahwa
kita punya karya yag bisa memotivasi dan menginspirasi orang lain.
Untuk diri sendiri manfaatnya itu ada kepuasan batin karena sudah berbagi dan menyampaikan apa yang ingin kita bagikan.
Selain itu, buku yang sudah kita terbitkan itu bisa jadi warisan juga
sebagai bukti bahwa kita pernah hidup
dan menulis.
Beliau juga bercerita pengalamannya, belum lama naskahnya
ditolak penerbit Andi, penerbit mayor dan sekarang masih mencoba ke penerbit
lain yang fokus menerbitkan buku anak dan islami. Kalau kelak ditolak lagi
berarti harus dicetak indie. Patut diacungi jempol karena ini menunjukkan
kegigihan beliau yang tidak mudah berhenti di satu titik.
Tak ada kata terlambat untuk menulis, beliau sendiri baru
belajar menulis saat berusia 50 tahun. Awalnya pernah menggunakan nama pena,
tetapi kini beliau membranding diri dengan namanya sendiri.
Lalu pertanyaan peserta beralih ke pengurusan ISBN, beliau
menjawab kalau mau agak ribet bisa urus sendiri, tetapi kita tetap harus punya
wadah sebuah penerbit. Karena dalam kolom pengajuan ISBN harus dicantumkan nama
penulis, judul, nama editor, juga nama penerbit. Syaratnya buku ber ISBN dan
ada bukti atau surat keterangan terbit dari penerbit.
Pertanyaan bergulir kembali, Kalau utk naik pangkat PNS,
apakah buku harus diterbitkan penerbit mayor atau penerbit besar? Beliau langsung
menjawab, tidak harus penerbit mayor.
Mungkinkah menulis buku dalam sebulan? Pertanyaan itu
dijawab dengan cerita bahwa beliau pernah 3 kali mengikuti kelas mediaguru dan
3 buku yang dihasilkannya. Akan tetapi beliau tidak memulainya dari nol alias
sudah memiliki tabungan naskah yang tinggal dipoles.
Terakhir, beliau menutup diskusi malam itu dengan memberikan
kesimpulan:
1. Menulis itu keterampilan
jadi harus dilatih
2 . Semua orang bisa menulis dan dibukukan asal mau
belajar dan mengikuti aturan yang ada
3. Untuk menerbitkan buku cukup 50 hal A4 font 12. Tema
bebas, apa saja yang disukai dan dikuasai asal tidak mengsndung SARA atau hoax.
4. Tulisan bisa
berupa kumpulan artikel yang sudah ditulis atau status yang berserak di Medsos
5. Jika punya ide yang belum tertangkap beliau siap membantu
menemukan ide dan mengolahnya menjadi kumpulan
artikel yang siap dibukukan.
6. Jangan lupa banyak beli buku dan membacanya karena
menulis dan membaca bagai Romeo dan Juliet.
Demikianlah hasil diskusi pada hari keenam. Semoga
bermanfaat.
Diposting oleh rosiana febriyanti di 22.27 3 komentar:
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Bagikan ke Pinterest
Senin, 20 Januari 2020
MEMBANGUN PERSONAL MELALUI BLOG
Resume Workshop Menulis Bersama Om Jay
Hari kelima, 20 Januari 2020
Narasumber: Namin AB Sholihin
Tema: Membangun Personal Melalui Blog
==================
Namin AB Ibnu Solihin adalah seorang founder
motivatorpendidikan.com. Untuk mengenalnya lebih dekat Anda dapat searching
namanya di Google atau bisa membuka link berikut ini
https://motivatorpendidikan.com/index.php/2015/08/29/profil-namin-ab-ibnu-solihin/
Beliau juga telah membagikan secara Gratis lebih dari 250
materi training di slideshare.net yang sudah diunduh oleh lebih dari setengah
juta kali. Linknya sebagai berikut
https://www.slideshare.net/mobile/naminsekolahakhlak
Kita bisa berteman melalui media sosial yang dimilikinya,
@motivatorpendidikancom, serta mengintip kegiatannya di Channel YouTube
Motivator Pendidikan Com.
Dalam workshop hari kelima bersama Om Jay, beliau berbagi
tips bagaimana membangun Branding melalui Blog.
Beliau mulai Ngeblog sejak tahun 2007, melalui blogspot.com,
saat itu ngeblog dilakukannya untuk mengisi waktu luang saat istirahat
mengajar. Tulisan di Blog juga masih sangat beragam, bahkan lebih banyak
curahatan hati.
Lebih dari 10 blog pernah menghiasi blogspot.com, kini semua
blog tersebut sudah dihapus semua.
Hingga akhirnya pada sekitar tahun 2013 beliau mengenal
guraru.org, sebuah blog yang diisi oleh guru-guru kreatif, di antara para
pemenangnya adalah yang sudah mengisi materi sebelumnya, yaitu Pak Agus
Sampurno dengan Brandnya Guru Kreatif, Om Jay Wijaya Kusuma dengan Brandnya
Guru Blogger, dan Bang Dedi Dwitagama.
Karena timbul keinginannya untuk menulis lebih baik lagi,
akhirnya pada tahun 2013 beliau
mengikuti Teacher Writing Camp angkatan ke-3, yang digagas oleh Om Jay dan
teman-teman.
Pada tahun 2014 beliau dan Om Jay bersama teman-teman
menggagas berdirinya Komunitas Sejuta Guru Ngeblog, pada tahun 2014-2015 kami
Komunitas Sejuta Guru Ngeblog memberikan Pelatihan Guru Ngeblog Gratis bagi
guru di Jabodetabek. (sayang, saya tidak ikut saat itu)
Tahun 2014 juga awal beliau mulai membangun Branding lewat
blog. Perjalanannya membangun Branding bisa dibaca di profil pada link di atas.
Singkatnya, pada akhir tahun 2015 beliau me-launching
www.motivatorpendidikan.com yang seluruh konten tulisannya berisikan berbagai
jenis program training yang pernah diisinya.
Sebelum website tersebut di-launching, beliau lebih banyak
mencurahkan gagasannya tentang pendidikan di Blog
https://motivatorkreatif.wordpress.com
Diakuinya bahwa membangun Branding memang tidak mudah, tapi
jika bersungguh-sungguh Insya Allah ada kemudahan.
Menurutnya, membangun Branding juga harus sejalan dengan
kompetensi yang kita miliki. Jangan coba-coba membangun Branding tertentu tapi
tidak punya Ilmunya. Membangun Branding melalui blog juga harus selaras dengan
kepribadian kita di Blog, Medsos dan segala aktivitas yang kita lakukan.
Menulis konten Blog dengan konsisten pada Branding yang kita
miliki adalah kewajiban yang harus ditaati. Kala mau dikenal sebagai pakar
pendidikan misalnya, ya sudah konsisten menulis hal-hal yang berkaitan dengan
hal tersebut.
Hingga akhirnya ketika orang berbicara "Motivator
Pendidikan" mereka, akhirnya akan mengingat "Namin AB Ibnu
Solihin". Ini contoh saja.
Tapi jika ada penasaran coba Anda searching di Google
beberapa kata berikut ini "Motivator Pendidikan" "Pembicara
Seminar Parenting" "Motivator Pelajar". Anda akan bertemu dengan
siapa kira-kira?
Menulis dan membangun Branding telah mengantarkannya
keliling Indonesia, saya telah mengisi training setidaknya di lebih dari 300
lembaga, sejak tahun 2014-sekarang.
Saat ditanya berapa lama yang dibutuhkan seorang Namin untuk
fokus menulis di Blog dan membangun
personal branding, beliau menjawab setidaknya dari 2007- sampai sekarang kurang
lebih sudah 13 tahun Ngeblog. Sementara membangun Branding agar orang tahu
tentang motivatorpendidikan.com sekitar
2 tahun.
Salah satu cara memperkenalkan branding yang dilakukannya
adalah menulis di Medsos dan membagikan materi training secara gratis di slideshare.net.
Mengenai perjalanan kariernya, beliau telah memulai karir
guru sejak tahun 2004, pernah menjabat kepala seksi BP, Wakil kepala Sekolah
Bidang Kesiswaan, Kepala Sekolah, Dosen, dan Konsultan Branding Sekolah.
Tentu perjalanan itu tidak mudah, lebih dari 15 tahun dalam
dunia pendidikan, selama itu pula setiap hari beliau selalu berusaha untuk
berkarya.
Beliau mengenal ilmu Branding saat sedang kuliah S2. Langkah
yang harus dilakukan untuk mem-branding diri diawali dengan mengasah potensi
atau bakat terbaik yang kita miliki sampai menjadi orang paling ahli. Skill
terbaik yang kita miliki inilah yang bisa kita jadikan sebagai Branding diri
kita.
Saran beliau untuk mengenalkan diri bisa melalui tulisan di
Blog kita. Sebaiknya tekuni bidang yang paling kita sukai dan ahli di bidang
tersebut. Selain itu, beliau menjadikan teknologi, desain grafis, edit video,
dan parenting Islam sebagai pendukung skill yang ia miliki. Konsistenlah
menulis setiap hari untuk mem-branding diri. Maka, fokuslah pada hal-hal yang
disukai dan ahli di bidangnya.
Menulis juga bisa berdasarkan pencarian orang di blog kita.
Bisa dilihat di stastistik blog. Misal, aktivitas harian kita lebih banyak
dihabiskan untuk berpuisi, orang akan mengenal kita sebagai penulis puisi.
Beliau menambahkan, menulis juga bukan sekadar menulis, tapi
harus memberikan manfaat untuk para pembacanya. Misal, beliau pernah menulis
sebuah artikel berjudul 10 cara menjadi pelajar berprestasi. Sekitar 4 tahun
berikutnya, hanya dari artikel tersebut beliau diminta untuk mengisi acara di
TV buah hatiku sayang, Anda bisa melihat
https://motivatorpendidikan.com/index.php/2016/06/02/menjadi-narasumber-dalam-acara-buah-hatiku-sayang-tvri/.
Jadi, menulis saja karena kelak Allah akan menghadirkan keajaiban.
Menghadapi pertanyaan tentang cara membangun branding:
1. Setelah kita tahu, tentang potensi kita lalu apa yang
harus dilakukan supaya berkembang dan blog atau nama kita dikenal?
2. Langkah apa yang harus dilakukan supaya blog kita banyak
yang mengunjungi?
beliau tak pelit memberi tips. Langkah yang bisa dilakukan
adalah:
1. Menulis sesuai Passion
2. Hindari Copy Paste, PD aja menulis Gaya Sendiri
3. Semua jenis konten tulisan wajib sama, tidak boleh
gado-gado.
4. Mainkan Keyword tertentu saat menulis artikel
5. Buatlah Branding contoh "Marzuki Guru Animasi"
- berarti ahli dalam bidang Animasi.
Beliau menulis dan berbicara berdasarkan apa yang dialami
langsung sehingga yang sampaikan lebih banyak kisah nyata dari pada teori. Hal
itu dilakukan saat membawakan program-program training atau seminar hingga
akhirnya bisa lebih menjiwai.
Untuk mengetahui passion diri sendiri beliau memberi tips
berikut. Lihatlah dari aktivitas harian yang sering banyak dilakukan yang kita
mau melakukannya walaupun tanpa dibayar, susah untuk menghentikannya jika
sedang asyik. Yang paling bagus memang from passion to profession. Beliau
sendiri lebih suka menulis apa yang dialami langsung. Jadi, mulai menulislah
dari banyak hal aktivitas yang suka kita lakukan. Tentu tulisan yang baik di
Blog adalah tulisan yang banyak dibutuhkan oleh orang.
Cara mengetahuinya mudah, bisa dilihat di statistik
pencarian pembaca di blog kita.
Saat ini website beliau lebih banyak memuat fotonya dari
pada narasi tulisannya karena yang orang butuhkan adalah bukti portofolio
training, dan nyatanya menyajikan foto itu lebih menjual. Sementara
video-videonya juga terdapat di channel YouTube-nya. Adapun materi panjang bisa
dibaca di sildeshare.net.
Yang paling penting dari Membangun Branding adalah sesuai
keahlian yang kita miliki. Jangan sampai misalkan kita membranding diri dengan
sebutan "Marzuki Lely - Guru Tangguh" ketika diminta ngisi materi
"Cara Membangun Guru Tangguh" tetapi cara membawakannya tidak
tangguh, loyo, dan lemas. Jadi tidak sesuai dengan Brandingnya.
Bagaimana memunculkan gagasan yang bisa kita tuliskan tiap hari? Beliau
menjawab, saat ini menulis adalah sebuah tuntutan harian karena kalau tidak
menulis orang tidak mengenal siapa dirinya. Jadi, gagasan menulis lahir dari
berbagai aktivitas positif yang beliau lakukan. Sebelum menjadi trainer, beliau
juga lebih banyak menulis aktivitas harian di sekolah.
Terakhir, beliau berpesan, yang paling penting adalah
menulis saja, jangan berharap uang dan ketenaran karena pada waktu yang tepat
Allah insya Allah akan menghadirkan hadiah terindah dari kebaikan-kebaikan yang
kita tulis.
Jangan pernah pelit berbagi karena dengan berbagi akan ada
kebahagiaan yang kita dapatkan. Mari kita isi konten positif di Blog setiap
hari, karena pada waktu yang sama jutaan konten negatif akan memangsa kita dan
generasi kita. Berhenti menulis di Blog, itu artinya kita membiarkan predator
konten negatif merajalela yang siap menghacurkan generasi kita. Teruslah
menjadi pribadi yang menginspirasi, menggerakkan dan menelandani
Komentar
Posting Komentar